BUDIDAYA
JAGUNG HIBRIDA
oleh:
D A
T I
NIP.
19651231 200604 1 105
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) MAROANGIN
KECAMATAN MAIWA
KABUPATEN ENREKANG
TAHUN 2011
Jagung
( Zea mays L. )
I. PENDAHULUAN
Tanaman jagung
merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui
kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal
menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Di Indonesia,
daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat,
Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya
tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya
sangat mendukung untuk pertumbuhannya.
1.1. Jenis
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan
bentuk biji.
- Menurut
umur, dibagi menjadi 3 golongan:
- Berumur
pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas,
Abimanyu dan Arjuna.
- Berumur
sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI
2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
- Berumur
panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima
dan Harapan.
- Menurut
bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan:
- Dent
Corn 2. Flint Corn 3. Sweet Corn
4. Pop Corn 5. Flour Corn 6. Pod Corn
7. Waxy Corn
Varietas unggul
mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama
dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas.
Nama beberapa
varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru,
Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin,
Metro, Nakula, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.
1.2. Manfaat
Tanaman jagung
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Di Daerah
Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok.
Akhir-akhir ini
tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali
gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam keperluan antara lain:
- Batang dan
daun muda: pakan ternak
- Batang dan
daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos
- Batang dan
daun kering: kayu bakar
- Batang
jagung: lanjaran (turus)
- Batang
jagung: pulp (bahan kertas)
- Buah
jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng
- Biji
jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun,
bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku
industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman jagung
berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di
luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu
ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang
agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa
persyaratan.
2.1. Iklim
- Iklim yang
dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang
hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh
di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
- Pada lahan
yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan
ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
- Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang
kurang baik .
- Suhu yang
dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 0
C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 0 C.
- Saat panen
jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan,
karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
- Daerah
dengan ketinggian antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum
bagi pertumbuhan tanaman jagung.
2.2. Media
Tanam
- Jagung
tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh
optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
- Jenis
tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung
berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan
tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang
baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan
tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk
pertumbuhannya.
- Keasaman
tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman.
Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara
5,6-7,5.
- Tanaman
jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi
baik.
- Tanah
dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras
dahulu.
III. TEKNIS BUDIDAYA
3.1.
Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih yang akan
digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun
fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur
benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit).
Penggunaan benih
jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan hanya
dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas.
Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C
1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa,
Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor
Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum
lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1
dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida).
3.1.2. Pemindahan Benih
Sebelum benih
ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate untuk
menangkal serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan lalat bibit
dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama
dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G.
3.2.
Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Dilakukan dengan
cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur
untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan
tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras
memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak
lalu dihaluskan dan diratakan.
Pengolahan lahan
diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu
sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah,
kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3.2.2. Pembentukan Bedengan
Setelah tanah
diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar
saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah
yang drainasenya jelek.
3.2.3. Pengapuran dan Pemupukan
PEMUPUKAN PADA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA
Di daerah dengan pH
kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara
1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar
kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam.
Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada
barisan tanaman.
Apabila tanah yang
akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan
pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan
tanah dan diberikan secara bertahap. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk
setiap hektar:
a. Pupuk organik digunakan pada saat tanam
yaitu : 500 kg/ha.
b. Pemupukan I : pupuk Urea : 100-150
kg/ha, NPK : 300-350 kg/ha, pupuk diberikan saat tanaman berumur 0-7
hst.
c. Pemupukan II : pupuk Urea : 100-150 kg/ha,
pupuk diberikan saat tanaman berumur 35-45 hst.
MATERI PADA KEGIATAN KURSUS TANI
OLEH MUSLIMIN. T
MATERI
PADA KEGIATAN KURSUS TANI
OLEH
: D A
T I, SP
TEKNIK PENANAMAN DALAM BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA
1.
Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam
yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut
:
a. Tumpang sari (intercropping), melakukan
penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari
sama umur seperti jagung dan kedelai.
b. Tumpang gilir (Multiple Cropping),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor
lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang
tanah, ubi kayu.
c. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola
tanam dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman
pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh:
jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang
panjang.
d. Tanaman Campuran (Mixed Cropping):
penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam
maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Contoh: tanaman campuran seperti
jagung, kedelai, ubi kayu.
2.
Pembuatan Lubang Tanam dan Cara Penanaman
Lubang tanam dibuat
dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak
terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap
lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur
panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan
tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ³ 100
hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang).
Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak
tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3-5
cm.
Di lahan sawah
irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan,
ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan
dan akhir musim hujan. Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu
tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua
tanaman.
Tanaman ini tidak
dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada
waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini
dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman
jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2
hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya
memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang
lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang).
3.4.
Pemeliharaan
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan
maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki.
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2
atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling
tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan,
karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan
7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan
benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah
tanam.
3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan
bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan
dilakukan 2 minggu sekali. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram
tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi
batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar
yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini
dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.
Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan
yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama
dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
3.4.3. Pemupukan
Dosis pemupukan
jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk SP
36/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat
dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan
bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk
diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap
ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8
minggu atau setelah malai keluar.
3.4.4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih
ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab.
Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman
tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.
3.4.5. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan
pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat
membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu
pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan
hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang
menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
MATERI
PADA KEGIATAN KURSUS TANI
OLEH
: SUPARMAN, SP
PENGENDALIAN OPT SECARA TERPADU
PADA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA
1.
Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi
kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang
mengalami pembusukan. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan
pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit,
terutama setelah selesai panen jagung; (2) tanaman yang terserang lalat bibit
harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan
di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama
terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma; (4) pengendalian secara
kimiawi dengan insektisida sesuai anjuran.
b. Ulat pemotong
Gejala: tanaman jagung yang terserang
biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan
adanya bekas gigitan pada batangnya. Pengendalian: (1) bertanam secara serentak
pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman; (2) dengan
mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah;
(3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan
insektisida.
2.
Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3
minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna
menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2)
pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan
pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian
pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat
garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman dilakukan
menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran
tanaman, penanaman varietas unggul; (3) dilakukan pencabutan tanaman yang
terserang, kemudian dimusnahkan.
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Gejala: pada daun tampak bercak memanjang
dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan
meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah,
kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah
menjadi coklat tua. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman hendaknya selalu
dilakukan guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban
lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan pestisida sesuai
anjuran.
c. Penyakit karat (Rust)
Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun
yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti
karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan
ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah
menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal
tanam; (2) menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit;
(3) melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung; (4) kimiawi menggunakan
pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil
smut)
Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya
cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan
kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga
pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara
pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3)
benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata hingga semua
permukaan benih terkena.
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Gejala: dapat diketahui setelah membuka
pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan
kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam
jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam,
perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala
serangan.
MATERI
PADA KEGIATAN KURSUS TANI
OLEH
: MUSLIMIN. T
PANEN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG
1. Panen
Hasil
panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari
tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga
dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak
kering/masak mati.
Ciri jagung yang siap
dipanen adalah:
a)
Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b)
Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c)
Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung
untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Dipanen jika sudah matang
fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning.
Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya
(tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak
meninggalkan bekas.
Cara
panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut
kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada
lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
Pemetikan
jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan
kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah,
terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik
15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk
dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi
dapat dilakukan ± 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu
panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
2. Pascapanen
Setelah
jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan serangkaian
pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau dipasarkan. Jagung
dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.
Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat
diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau
mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan
pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan
makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas.
Pengeringan
jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung
dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9-11 %. Biasanya
penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di
lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara
buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia,
terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi
prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas
pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %.
Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu
sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.
Setelah
dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan atau
alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya
"memipil" jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu
memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya,
maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Setelah
jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran
atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas
jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji
kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu
pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan
serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat
memperbaiki peredaran udara. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada
proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.
.
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
- Anonim, Rakitan
Teknologi Budidaya Padi, Jagung dan
Kedelai, 2000,Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso, Malang.
- Rahmad Rukmana Ir, Usaha Tani Jagung,
2003, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
- Sumarno
dan Wigati Istuti, Rakitan Teknologi Budidaya Jagung Specifik Lokasi Di
Jawa Timur, 1996, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso,
Malang.
Buku ini disadur sesuai dengan aslinya :
AKK, TEKNIK BERCOCOK TANAM
JAGUNG
PENERBIT KANISIUS, 2008
Advertisement
Loading...