Masih tentang Romi lanjutan dari postingan sebelumnya Perjuangan Hidup Seorang Anak Mengais Rejeki di Kota Makassar
tadi saya bersama beberapa teman mencari tahu tentang adik Romi kembali, sebelum bertemu dengannya, kami sedikit berbincang dengan warga sekitar jembatan Abdesir.
kata pak bentor, romi memang selalu disana malam hari. setelah berkeliling menjual buah talanya dan setiap tengah malam bahkan pernah hingga pukul 2 baru dijemput mobil rental kadang juga pete pete. dia dijemput sama kakaknya yang juga menjual buah tala. banyak pengguna jalan yang sesekali singgah membeli dan memberinya makan, bahkan pernah ada yang mau mengambilnya menjadi anak tuk disekolahkan. namun jawaban romi "tidak, adaji orangtuaku"
setelah bertanya dengan beberapa warga, kami pun mendatangi adek romi yang saat ini sedang dalam posisi yang sama dengan sebelumnya, namun tidak dalam kondisi tertidur. sebelumnya kami membeli terlebih dahulu jualannya lalu bertanya padanya.
setibanya dia di makassar, dia menenteng jualannya sampai ke panaikang hingga menjelang maghrib ia menuju ke jembatan abdesir sebagai lokasi akhirnya berjualan sambil beristirahat menunggu jemputan kakaknya yang juga keliling menjual buah tala. buah lontar yang dijajakannya itu dia beli dari petani lontar seharga Rp.2000/bungkus lalu ia jual kembali seharga Rp.3000/bungkus. ia bungsu dari 5 bersaudara. masih aktif sekolah, saat ini kelas 5 SD. sepulang sekolah baru ia berangkat ke Makassar.
adik romi tidak mau dikasihani. dia masih berprinsip tuk tetap menjajakan jualannya dibandingkan meminta-minta. semua uang hasil jualannya dia berikan ke ibunya. saat kutawarkan makan ia menolak. begitupun saat minta ijin tuk datang lagi cerita cerita dengannya. tapi saat kutawarkan buku bacaan ia tidak menolak. satu hal yang membuatku sedih darinya adalah.. ia tidak tahu apa cita-citanya
Baca juga Perjuangan Hidup Seorang Anak Mengais Rejeki di Kota Makassar
sumber Fany Bungawali Latief
tadi saya bersama beberapa teman mencari tahu tentang adik Romi kembali, sebelum bertemu dengannya, kami sedikit berbincang dengan warga sekitar jembatan Abdesir.
kata pak bentor, romi memang selalu disana malam hari. setelah berkeliling menjual buah talanya dan setiap tengah malam bahkan pernah hingga pukul 2 baru dijemput mobil rental kadang juga pete pete. dia dijemput sama kakaknya yang juga menjual buah tala. banyak pengguna jalan yang sesekali singgah membeli dan memberinya makan, bahkan pernah ada yang mau mengambilnya menjadi anak tuk disekolahkan. namun jawaban romi "tidak, adaji orangtuaku"
setelah bertanya dengan beberapa warga, kami pun mendatangi adek romi yang saat ini sedang dalam posisi yang sama dengan sebelumnya, namun tidak dalam kondisi tertidur. sebelumnya kami membeli terlebih dahulu jualannya lalu bertanya padanya.
setibanya dia di makassar, dia menenteng jualannya sampai ke panaikang hingga menjelang maghrib ia menuju ke jembatan abdesir sebagai lokasi akhirnya berjualan sambil beristirahat menunggu jemputan kakaknya yang juga keliling menjual buah tala. buah lontar yang dijajakannya itu dia beli dari petani lontar seharga Rp.2000/bungkus lalu ia jual kembali seharga Rp.3000/bungkus. ia bungsu dari 5 bersaudara. masih aktif sekolah, saat ini kelas 5 SD. sepulang sekolah baru ia berangkat ke Makassar.
adik romi tidak mau dikasihani. dia masih berprinsip tuk tetap menjajakan jualannya dibandingkan meminta-minta. semua uang hasil jualannya dia berikan ke ibunya. saat kutawarkan makan ia menolak. begitupun saat minta ijin tuk datang lagi cerita cerita dengannya. tapi saat kutawarkan buku bacaan ia tidak menolak. satu hal yang membuatku sedih darinya adalah.. ia tidak tahu apa cita-citanya
Baca juga Perjuangan Hidup Seorang Anak Mengais Rejeki di Kota Makassar
sumber Fany Bungawali Latief
Advertisement
Loading...