BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
a. Defenisi
Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (alat dialisis) ke dalam dialisat (Tisher & Wilcox, 1997). Alat dialisis juga dapat digunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran semipermeabel. Hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher & Wilcox, 1997).
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006).
b. Etiologi
Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
c. Manifestasi klinis
Keluhan yang umumnya terjadi pada pasien hemodialisa adalah mual,muntah,perdarahan GI,dan pusing.Namun dapat menimbulkan gejala klinis seperti :
• Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal.
• Kuku ; kuku tipis dan rapuh
• Rambut : kering dan rapuh.
• Oral ; halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
• Lambung ; mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
• Pulmonary ; uremic “lung” atau pneumonia
• Asam basa ; asidosis metabolik
• Neurologic ; letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
• Hematologi : perdarahan
d. Patofisiologis
Terjadi gagal ginjal, ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melaui hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala.Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai laboratorium absolut adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.
e. Tujuan Hemodialisa
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
• Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
• Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
• Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
• Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
• Membuang kelebihan air.
• Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
• Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh
• Memperbaiki status kesehatan penderita.
f. Proses Hemodialisa
Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
• Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
• Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat
• Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta, 1996 ).
g. Alasan dilakukannya Hemodialisa
Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :
• Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
• Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
• Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan lainnya.
• Gagal jantung
• Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah )
• Dll.
h. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
• Penderita kembali menjalani hidup normal.
• penderita kembali menjalani diet yang normal.
• Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
• Tekanan darah normal.
• Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif ( Medicastore.com, 2006 )
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
i. Komplikasi
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :
• Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
• Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
• Aritmia
• Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
• Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
• Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
• Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
• Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
• Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
• Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
B. Konsep Dasar Keperawatan
a. Defenisi
Hemodialisis merupakan darah dialirkan melalui ginjal buatan
(dialiser) untuk membuang toksin / kelebihan cairan dan kemudian di kembalikan ke sirkulasi vena. Hemodialisis adalah metode yang lebih cepat dan lebih efisien dari pada dialisis peritoneal untuk membuang urea dan produkk toksin lain, tetapi memerlukan akses AV permanen.
b. Patofisiologi penyimpangan KDM
Gangguan Renal /Ginjal
Gangguan filtrasi pada ginjal
Kelebihan akumulasi cairan
Pelaksanaan hemodialisa
Pemasangan fistula AV
Merangsang reseptor nyeri penyumbatan pembuluh darah
Impuls dihantarkan ke hipotalamus pembekuan darah
Nyeri cedera :kehilangan
akses vaskuler
c. Diagnosa Kepewatan
I. Cidera, risiko tinggi terhadap kehilangan akses vaskuler
Faktor resiko meliputi :
• pembekuan;perdarahan karna lepas sambungan secara tidak sengaja.
Kemungkinan di buktikan oleh :
• tidak dapat di terapkan; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.
II. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap
Faktor resiko meliputi :
• Ultrafiltrasi.
• Pembatasan cairan ; kehilangan darah aktual ( heparinisasi sitemik atau pemutusan aliran ).
Kemungkinan di buktikan oleh :
• Tidak dapat di terapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuet diagnosa aktual.
III. Volume cairan, kelebihan, risiko tinggi terhadap
Faktor resiko meliputi :
• Pemasukan cairan cepat / berlebihan ; IV, darah, plasma ekspander, garam faal di berikan untuk mendukung TD selama dialisa.
Kemungkinan di buktikan oleh :
• Tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.
d. Hasil yang diharapkan
1. Dx I
• Mempertahankan jalan masuk vaskuler paten.
2. Dx II
• Mempertahankan keseimbangan cairan di buktikan oleh berat badan dan tanda vital stabil, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tak ada perdarahan.
3. Dx III
• Mempertahankan berat badan kering dalam batas normal pasien bebas edema, bunyi nafas jelas dan kadar natrium dalam batas normal.
e. Intervensi keperawatan
1. Dx I
Mandiri :
Pembekuan :
• Awasi potensi aliran AV internal pada interval sering :
Palpasi getaran distal
Rasional :
Geteran disebabkan oleh turbulen darah arterial tekanan aliran yang masuk ke sistem tekanan vena yang lebih rendah dan harus di palpasi di atas sisi keluarnya vena.
• Auskultasi untuk desiran
Rasional :
Desiran adalah bunyi yang disebabkan oleh torbulen aliran darah masuk kesistem vena yang harus terdengan statoskop, meskipun sangat redup.
• Perhatikan warna darah dan / atau pemisahan sel dan serum sebelumnya
Rasional :
Perubahan warna dari merah sedang sampai merah gelap ke unguan menunjukkan aliran darah lembam / pembekuan dini. Pemisahan dalam selang indikatif pembekuan. Darah merah gelap kemudian cairan kuning jernih menunjukkan pembekuan lengkap.
• Palpasi kulit sekitar pirau untuk kehangatan
Rasional :
Penurunan aliran darah akan mengakibatkan kedinginan pada pirau.
• Beritahu dokter dan / atau lakukan prosedur penghilangan pembekuan bila terdapat bukti kehilangan patensi pirau.
Rasional :
Intervensi cepat dapat mengamankan jalan masuk ; namun penghilangan pembekuan harus di lakukan oleh petugas berpengalaman.
• Evaluasi keluhan nyeri, kebas / kesemutan ; perhatikan pembengkakan ekstremitas distal pada jalan masuk.
Rasional :
Mengindekasikan ketidakadekuatan suplai darah.
• Hindari trauma pada pirau ; contoh menangani selang dengan perlahan, mempertahankan posisi kanula. Batasi aktifitas ekstrimitas. Hindari mengukur TD atau mengambil darah dari ekstrimitas yang ada pada pirau. Instruksikan pasien tidak tidur atau membawa beban. Buku, dompet pada ekstremitas yang sakit.
Rasional :
Menurunkan resiko pembekuan / pemutusan.
Perdarahan :
• Pasang dua klem kanula pada balutan pirau. Sediakan torniket. Bila kanula terpisah klem pertama pada arteri kemudian kanula vena. Bila selang lepas dari vena, klem kanula yang masih di tempatnya lakukan tekanan langsung pada sisi perdarahan. Pasang torniket di atasnya atau kembangkan balon pada tekanan diatas TD sistolik pasien.
Rasional :
Mencegah kehilangan darah masif bila kanula terpisah atau pirau berubah posisi sambil menunggu bantuan medik.
Infeksi :
• Kaji kulit sekitar akses vaskuler, perhatikan kemerahan, pembengkakan, hangat lokal, eksudat, nyeri tekan.
Rasional :
Tanda infeksi lokal, dapat menjadi sepsis bila tak diatasi.
• Hindari kontaminasi pada sisi akses. Gunakan teknik aseptik dan masker bilamemberikan perawatan pirau, mengganti balutan, dan bila melakukan proses dialisa.
Rasional :
Mencegah introduksi organisme penyebab infeksi.
• Awasi suhu. Perhatikan adanya demam, menggigil, hipotensi.
Rasional :
Tanda infeksi / sepsis yang memerlukan intervensi medik cepat.
Kolaborasi :
• Contoh kultur sisi / darah sampel sesuai indikasi.
Rasional :
Menentukan adanya patogen.
• Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
Heparin ( dosis rendah )
Rasional :
Infus pada sisi arterial filter untuk mencegah pembekuan pada filter tanpa efek samping sistemik.
Anti biotik ( sitemik dan / atau topikal )
Rasional :
Pengobatan cepat infeksi dapat mengamankan jalan masuk, mencegah sepsis.
2. Dx II
Mandiri :
• Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Lakukan ini tiap hari.
Rasional :
Membantu mengevaluasi status cairan, khususnya bila dibandingkan dengan berat badan, catatan : haluan urine adalah evaluasi tidak akurat dari fungsi ginjal pada pasien dialisa. Beberapa orang menunjukkan haluaran urine dengan sedikit klirens toksin ginjal, yang laen menunjukkan uliguria atau anuria.
• Timbang tiap hari sebelum / sesudah dialisa dilakukan.
Rasional :
Penurunan berat badan waktu pengukuran dengan tepat adalah pengukuran ultra filtrasi dan pembuangan cairan.
• Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik bila tersedia selama dialisa.
Rasional :
Hipotensi, takikardia, penurunan tekanan hemodinamik menunjukkan kekurangan cairan.
• Pastikan kontinuitas kateter pirau / akses.
Rasional :
Terputusnya pirau / akses terbuka akan memungkinkan eksanguinasi.
• Lakukan balutan eksternal pirau.jangan izinkan suntikan pada pirau.
Rasional :
Meminimalkan stres pada pemasukan kanula intuk menurunkan perubahan posisi yang kurang hati – hati dan perdarahan pada sisi tersebut.
• Tempatkan pasien pada posisi telentang / trandelemburg sesuai kebutuhan.
Rasional :
Memaksimalkan aliran balik vena bila terjadi hipotensi.
• Kaji adanya perdarahan terus menerus atau perdarahan besar pada sisi akses, membran mukosa, insisi / luka. Hematemesis / guaiak feses, drainase gaster.
Rasional :
Heparinisasi sistemik selama dialisa meningkatkan waktu pembukaan dan menempatkan pasien pada resiko perdarahan. Khususnya selama 4 jam pertama setelah prosedur.
Kolaborasi
• Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
Hb / Ht ;
Rasional :
Menurun karena anemia, hemodilusi, atau kehilangan darah aktual.
Elektrolit serum dan pH ;
Rasional :
Ketidak seimbangan dapat memerlukan perubahan dalam cairan dialisa atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan.
Waktu pembekuan, contoh ACT, PT / PTT, dan jumlah trombosit.
Rasional :
Penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan pada aliran darah dan hemofilter mengubah keagulasi dan potensial perdarahan aktif.
• Berikan cairan IV ( contoh garam faal) / volume ekspander ( contoh albumin ) selama dialisa sesuai indikasi ;
Rasional :
Cairan garam faal / dekstrosa, elektrolit, dan NaHCO3 mungkin di infuskan dalam sisi vena hemofolter CAV bila kecepatan ultrfiltrasi tinggi digunakan untuk membuang cairan ekstraselular dan cairan toksik. Volume ekspander mungkin dibutuhkan selama / setelah hemodialisa bila terjadi hipotensi tiba-tiba / nyata.
Darah / kemasan SDM bila diperlukan.
Rasional :
Destruksi SDM ( hemolisis ) oleh dialisa mekanikal, kehilangan perdarahan, penurunan produksi SDM dapat mengakibatkan anemia berat / progresif.
• Penurunan kecepatan ultrafiltrasi selama dialisa sesuai indikasi.
Rasional :
Menurunkan jumlah air selama dibuang dan dapat diperbaiki hipotensi / hipovolemia.
• Berikan protamin sulfat bila diindikasikan.
Rasional :
Mungkin diperlukan untuk mengembalikan waktu pembekuaan kenormal atau bila terjadi pelepasan heparin ( sampai 16 jam setelah hemodialisa ).
3. Dx III
Mandiri:
• Ukur semua sumber pemasukan dan pengeluaran. Timbang dengan rutin.
Rasional :
Membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan berat badan. Peningkatan berat badan antara pengobatan harus tidak lebih dari 0,5 kg/hari.
• Awasi TD, nadi.
Rasional :
Hipertensi dan takikardi antara hemodialisa dapat diakibatkan oleh kelebihan cairan dan / atau gagal ginjal.
• Perhatikan adanya edema perifer / sakral, pernapasan gemericik, dispnea, ortopnea, distensi vena leher, perubahan EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel.
Rasional :
Kelebihan cairan kerena tidak efesiensinya dialisa atau hipervelomi berulang diantara pengobatan dialisa dapat menyebabkan / eksaserbasi gagal jantung, seperti diindikasikan oleh tanda / gejala kengesti vena sistemik dan / atau pernapasan.
• Perhatikan perubahan mental. ( Rujuk pada DK : proses pikir, perubahan,hal.643 ).
Rasional:
Kelebihan cairan / hipervolemia, berpotensi untuk edema serebral ( sindrom disekuilibrium ).
Kolaborasi
• Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.
Rasional :
Kadar natrium tinggi dihubungkan dengan kelebihan cairan, edema, hipertensi, dan komplikasi jantung.
• Batasi pemasukan per oral cairan IV sesuai indikasi, pemberian jangka waktu memungkinkan cairan sepanjang periode 24 jam.
Rasional :
Hemodialisa interimiten mengakibatkan retensi / kelebihan caoran antara prosedur dan dapat memerlukan pembatasan cairan. Jarak cairan membentu mengurangi haus.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Seorang pasien bernama Tn.S dirawat di RSDM SURAKARTA . klien dibawah ke RS dengan keluhan utama pusing dan extremitas bawah bengkak.setelah dirawat dan mengalami pemeriksaan,pasien didiagnosa mengalami kelainan pada renal atau ginjal dan harus di adakan hemodialisa.adapun hasil pengkajian pada pasien sebagai berikut :
PRE HEMODIALISA
1. PENGKAJIAN
Identitas diri
Klien :
Nama : Tn.S
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agam : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Suku : jawa
Status perkawinan : sudah menikah
Alamat : Desa Kayu Apak, Bekonang Sukoharjo
Sumber Informasi : Pasien, Keluarga dan catatan perawat
Tanggal Pengkajian : 29 April 2009
Tanggal Masuk RS : 29 April 2009
No. CM : 938644
Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 38 Tahun
Alamat : Desa Kayu Apak, Bekonang Sukoharjo
Hubungan dengan klien : Istri
Riwayat penyakit
• Keluhan utama saat masuk rumah sakit : Pusing dan extremitas bawah bengkak
• Riwayat penyakit sekarang : Kakinya terasa berat, abdomen acites
• Riwayat penyakit dahulu : sejak dua tahun yang lalu klien mengalami hipertensi dan sudah dilakukan HD sebanyak 102.
• Riwayat kasus kelolaan
Tanggal Dx. Medis Pemeriksaan Penunjang Terapi/ tindakan yang dilakukan
29 April 2009 CKD V Ureum
Kreatinin Infuse D5% 12 Tpm
Furosemid 2x 2ml
Diit ginjal 1200 kkal
Pengkajian saat ini :
• Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan kesehatan adalah hal yang terpenting dalam hidup yang harus di jaga. Apabila sakit klien segera minum obat yang di beli diwarung atau mendatangi pelayanan kesehatan.
• Pola nutrisi / metabolic
1. Intake makanan :
o Sebelum masuk RS : klien makan dengan frekuensi 3x sehari dengan porsi 1 piring penuh, komposisi nasi, sayur dan lauk
o Selama di RS : makan nasi dan
2. Intake cairan
o Minum sehari ± 2 gelas kecil (500 cc).
• Pola eliminasi
a. Buang air besar
Selama di hemodialisa klien tidak BAB
b. Buang air kecil
Klien mengatakan buang air hanya sedikit, kira-kira 1 gelas kecil 250cc/hari
c. Pola tidur dan istirahat
d. Klien tidak mengalami gangguan pada istirahat dan tidurnya. Klien tidur ±7-8 jam/ hari.
• Pola perceptual
o Penglihatan: klien tidak mengalami gangguan pada penglihata, klien tidak menggunkan alat bantu penglihatan
o Pendengaran: klien dapat mendengar dengan baik, klien dapat mendengar apa yang di bicarakan perawat dan keluarga, klien tidaj menggunakan alat bantu pendengaran.
o Pegecapan: klien dapat membedakan rasa manis, asin dan tawar. Klien tidak mengalami keluhan pada pengecapan.
o Penciuman: klien dapat membedakan aroma alcohol dan parfum.
o Sensasi: klien dapat membedakan suhu panas dan dingin, ddan merasakan nyeri pada area tusukan jarum.
• Pola persepsi diri
Klien cemas dengan penyakit yang dialaminya.
o Gambaran diri; klien merasa percaya diri dan tidak malu dengan bentuk fisiknya saat ini.
o Harga diri: klien merasa masih di butuhkan dikeluarga dan mampu menjalin hubungan dengan lingkungan.
o Ideal diri: klien ingin cepat sembuh.
o Peran diri: klien sebagai ibu rumah tangga.
o Identitas diri: klien menyadari sepenuhnya dengan identitas dirinya.
• Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.
• Pola peran hubungan
Klien mampu berinteraksi dengan perawat dan keluaraga yang mengunjungi.
• Pola manajemen koping stress
Klien menggunakan koping adaptip. Klien selalu menceritakan pada suaminya berkaitan masalah yang di alaimi.
• System nilai dan keyakinan
Klien beragama islam dan kadang melakukan sholat dirumah. Semenjak sakit klien jarang sholat.
Pengkajian fisik :
• Keadaan umum saat pengkajian
• Kesadaran compos mentis.
• Tanda vital: TD; 140/90 mmhg, N; 80x/menit, RR; 20x/menit, S; 36ºC.
• BB pre HD: 55 kg. BB post HD yang lalu :49 kg.
• Kepala: bentuk mesochepal, rambut tampak kotor, tidak terdapat lesi, wajah tampak bengkak.
• Mata: mata tidak anemis dan ikterik. Reflek berkedip spontan.
• Leher: tidak terdapat pembesaran tiroid, reflek menelan spont
• Paru
Inspeksi : bentuk dan pergerakan dada simetris
Palpasi : fremitus kanan dan kiri (+)
Perjusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak terdapat wheezing dan crackles
• Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada interkosta 5
Perkusi : batas jantung kanan redup
Auskultasi : suara jantung masih terdengar regular, tidak terdapat bunyi jantung ekstra.
• Abdomen
Inspeksi : keempat kuadran terlihat bengkak/ asites
Auskultasi : peristaltic usus 12x/menit
Perkusi : shifting dullness
Palpasi : terabas keras, hepar dan lien tidak teraba.
• Genital dan perianal
Klien tidak tidak terpasang kateter.
• Ekstrimitas
Turgor kulit tidak elastic, edema pada ekstrimitas bawah.
Tonus otot 5 5 : Kekuatan penuh,4 4 : Dapat melawan tahanan dan gravitasi
Terdapat AV shunt pada tangan kiri
Program terapi :
• Furosemid 2x 2ml
• Clonidin 2x500mg
• CaCo3 3x1
• Hemodialisa
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium (Nilai Normal)
HB : 11.00 g/dl 14,00-17,5
HT : 33 % 33-45
AL : 12.1ribu/uL 4,4-13,3
AT : 109rb/dL 150-450
Eritrosit : 3,57 Jut/uL 3,8-5,8
Albumin : 2,17 g/dL 3,5-5,2
Creatinin : 13, 5 mg/dL 0,4-1,3
Ureum : 284 mg/dL >48.
a. Data Fokus
• Klien mengatakan minum 2 gelas (500cc) dan BAK 1 gelas (250cc).
• Terdapat edema extremitas bawah.
• Creatinin meningkat : 13, 5 mg/dL
• Ureum meningkat : 284 mg/dL
• BB post HD yang lalu :49 kg, BB pre HD: 55 kg
• Klien mengalami acites dengan lingkar perut 80cm.
b. Klasifikasi Data
Data subyektif
• Klien mengatakan minum 2 gelas (500cc) dan BAK 1 gelas (250cc).
Data obyektif
• Terdapat edema extremitas bawah.
• Creatinin meningkat : 13, 5 mg/dL
• Ureum meningkat : 284 mg/dL
• BB post HD yang lalu :49 kg, BB pre HD: 55 kg
• Klien mengalami acites dengan lingkar perut 80cm
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
1 DS: - Klien mengatakan minum 2 gelas (500cc) dan BAK 1 gelas (250cc).
DO: - Terdapat edema extremitas bawah.
- Creatinin meningkat : 13, 5 mg/dL
- Ureum meningkat : 284 mg/dL
- BB post HD yang lalu :49 kg, BB pre HD: 55 kg
- Klien mengalami acites dengan lingkar perut 80cm.
Gangguan filtrasi ginjal, kelemahan proses pengaturan cairan. Kelebihan volume cairan.
b. Penegakan diagnosa
• Kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi ginjal, kelemahan proses pengaturan cairan.
4. PERENCANAAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. • Kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi ginjal, kelemahan proses pengaturan cairan.
Mengeluarkan cairan yang bernlebih,dengan kriteria :
• Cairan berkurang
• Klien merasa nyaman. • Kaji semua pemasukan dan pengeluaran,timbang dengan rutin.
• Persiapkan klien sebelum tindakan hemodialisa.
• Lakukan persiapan untuk tindakan hemodialisa.
• Membantu mengevaluasi status cairan khususnya bila dibandingkan dengan berat badan.
• Persiapan mental klien sangat penting karena akan mempengaruhi proses hemodialisa
• Persiapan yang baik sebelum tindakan dapat memperlacar proses jalannya tindakan hemodialisa.
Setelah perencanaan diatas maka tindakan hemodialisa dilaksanakan pada tanggal 30 April 2009 pukul 09.00.
INTRA HEMODIALISA
1. PENGKAJIAN
Pada saat pelaksanaan hemodialisa,klien mengeluh nyeri pada area penusukan saat dipasangkan AV Fistula pada tangan kirinya.Nyeri yang yang dialami klien terasa berat saat di tekan,skala nyeri 4 (sedang),nyeri hilang setelah 5 menit penekanan .Selain itu klien juga tampak meringis kesakitan.
a. Data Fokus
• Klien mengeluh nyeri pada saat penusukan
• Klien terpasang AV fistula pada tangan kiri
• Skala nyeri yang dialami klien 4(sedang),dan nyeri hilang setelah 5menit
• Klien tampak meringis kesakitan.
b. Klasifikasi Data
Data subyektif :
• Klien mengeluh nyeri pada saat penusukan
Data obyektif
• Klien terpasang AV fistula pada tangan kiri
• Skala nyeri yang dialami klien 4(sedang),dan nyeri hilang setelah 5menit
• Klien tampak meringis kesakitan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
1
2 DS: -
DO: - Klien terpasang AV Fistula pada tangan kiri.
DS: - Klien mengeluh nyeri pada saat penusukan.
DO : - Skala nyeri klien :
P: terasa berat saat ditekan
Q: nyeri tusuk
R: tangan kiri
S: 4(sedang)
hilang 5 menit setelah
penekanan.
- wajah klien tampak meringis saat di lakukan penusukan. Tindaka invasive yang berulang.
Tindakan invasive pemasangan AV fistula. Resiko infeksi
Nyeri akut
b. Penegakan diagnosa keperawatan
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif yang berulang
• Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan AV fistula
3. PERENCANAAN
a. Prioritas masalah
• Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan AV fistula
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif yang berulang
b. Rencana keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. • Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan AV fistula,ditandai dengan :
DS :
• Klien mengeluh nyeri pada saat penusukan.
DO :
• Skala nyeri klien :
P: terasa berat saat ditekan
Q: nyeri tusuk
R: tangan kiri
S: 4(sedang)hilang 5 menit setelah
penekanan.
• wajah klien tampak meringis saat di lakukan penusukan
Nyeri dapat teratasi,dengan kriteria :
• nyeri klien berkurang atau hilang.
• Klien merasa nyaman dan tidak mengeluh lagi. • Kaji tingkat keluhan nyeri klien.
• Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk pemberian anti biotic sesuai indikasi. • Mengetahui tingkat nyeri klien dapat membantu dalam pengambilan tindakan selanjutnya.
• Obat analgetik dapat mengatasi nyeri yang dialami klien.
2. • Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif yang berulang,ditandai dengan :
DS:
-
DO:
• Klien terpasang AV Fistula pada tangan kiri. Mengcegah terjadinya infeksi,dengan kriteria :
• Klien terhindar dari infeksi.
• Kondisi klien aman. • Berikan antibiotic atau desinfektan bagian penusukan. • Antibiotic dapat mencegah terjadinya infeksi akibat bakteri,dan desinfektan dapat mematikan dan mikrobakterial pada daerah penusukan.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.DP Hari /tgl JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 30 /04/09 09.30 • Mengkaji tingkat keluhan nyeri yang dialmi klien saat proses hemodialisa dilaksanakan.
• Memberikan anti analgetik pada klien,sesuai indikasi dan dosis yang di anjurkan. 30 April 2009
S :
Klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi dan merasa nyaman.
O :
Klien tampak lebih tenang dan rileks.
A :
Masalah teratasi
P :
-
2. 30/04/09 09.45 • Memberikan antibiotic sesuai indikasi dan dosis,dan mendesinfektan luka pada bagian area penusukan. 30 April 2009
S :
-
O :
Klien tampak tenang
A :
Masalah teratasi
P:
-
POST HEMODIALISA
Setelah pelaksanaan hemodialisa,Tn “S” mengatakan tubuhnya terasa lebih nyaman,dan tim medis di RS menyarangkan agar klien istirahat untuk proses penyembuhan.
BAB III
PEMBAHASAN
Hemodialisis merupakan darah dialirkan melalui ginjal buatan (dialiser) untuk membuang toksin / kelebihan cairan dan kemudian di kembalikan ke sirkulasi vena. Hemodialisis adalah metode yang lebih cepat dan lebih efisien dari pada dialisis peritoneal untuk membuang urea dan produkk toksin lain, tetapi memerlukan akses AV permanen.
Pada dasarnya hemodialisa dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan pada unit renal atau ginjalnya.Dalam konsep dasar,ada beberapa masalah atau diagnosa yang dapat muncul pada pelaksanaan hemodialisa,begitupun dengan tindakan atau intervensinya,dilakukan berdasarkan masalah yang ada.Pada masalah hemodialisa ini kami mengangkat kasus mengenai pelakasanaan Hemodialisa pada Tn”S” dengan unit renal,di rumah sakit Surakarta pada tanggal 30 April 2009.
Setelah mengamati kasus tersebut,pelaksanaan hemodialisa pada Tn “S” sudah sesuai dengan konsep teori yang ada,meskipun diagnosa yang ditemukan tidak sama pada konsep keperawata Doengus,terdapat 3 diagnosa yaitu :
Cidera, risiko tinggi terhadap kehilangan akses vaskuler
Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap
Volume cairan, kelebihan, risiko tinggi terhadap
Sedangkan pada kasus yang ada hanya ditemukan 2 diagnosa saat pelaksanaan hemodialisa yaitu :
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif yang berulang
• Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan AV fistula
Hal demikian terjadi mungkin karena pada kasus tidak ditemukan data-data untuk memperkuat pengangkatan diagnosa lainnya,namun pada dasarnya sudah hampir sam dengan teori maupun panduan asuhan keperawatan yang ada.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa Hemodialisa merupakan darah dialirkan melalui ginjal buatan (dialiser) untuk membuang toksin / kelebihan cairan dan kemudian di kembalikan ke sirkulasi vena,dan pada umumnya dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal,maupun pasien yang mengalami masalah dengan ginjalnya.Hemodialisa dapat menyebabkan komplikasi berupa,Kram otot,Hipotensi ,Hipoksemia,Perdarahan,Ganguan pencernaan,Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler,dll.
Pada kasus yang ada ,dilakukan tindakan hemodialisa karena klien mengalami kelainan pada unit renalnya dan setelah pemeriksaan klien diharuskan untuk melakukan hemodialisa karena adanya kelebihaan cairan akibat gangguan pada filtrasi padav ginjalnya.dan setelah pelaksanaan hemodialisa berdasarkan prosedur yang ada klien merasa lebih nyaman.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari aspek penyusunan maupun kelengkapan materi,oleh karena itu penyusun masih sangat mengharapkan saran dan kritik dari rekan mahasiswa demi perbaikan makalah ini.Selain itu penyusun menyarankan agar rekan mahasiswa lebih memperdalam lagi dalam mempelajari penyakit-penyakit yang dapat terjadi pada sistem cardiovascular.
TINJAUAN PUSTAKA
Doengues,Marilynn E,dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson.1995.Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ).Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://ibnuharits.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-tn.html
http://mihardi77.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-hemodialisa.html
http://www.campusminionline.com/2010/10/hemodialisa.html
http://www.trinoval.web.id/2010/05/askep-hemodialisa.html
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun dalam bentuk sederhana,dimana makalah ini berjudul ASUHAN KEPERAWATAN “ HEMODIALISA AKUT “.Dalam dunia keperawatan,kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai penyakit peyakit hemodialisa akut.
Dengan adanya makalah ini,muda-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca teman-teman.Selain itu kami juga berharap agar semua dapat mengetahui dan memahami mengenai Keperawatan Medikal Bedah dalam keperawatan.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat terbatas,sehingga saran dan kritik dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan makalah ini.Penyusun menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Palopo, 20 April 2011
Penyusun
Kelompok V
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep dasar medis 1
B. Konsep dasar keperawatan 7
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Pre hemodialisa 19
B. Intra hemodialisa 27
C. Post hemodialisa 30
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan 30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 33
B. Saran 33
TINJAUAN PUSTAKA 34
Advertisement
Loading...