A.
Latar
belakang
Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar
Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13)
mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan
belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit
pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media,
dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce
dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.
Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis
memaknai model pembelajaran dalam BBM (Bahan Belajar Mandiri) ini sebagai suatu
rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola
tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta
didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa
rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal dengan
istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik
tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model
dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model
pembelajaran yang lainnya.
BABA II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Belajar
1.
Teori Belajar
Menurut Ausubel
Ausubel
(dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna
(meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai
dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik
dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Ausubel (dalam Dahar,1988 :142)
Menurut
Ausubel, Novak,dan Hanesian ada dua jenis belajar:
a. Belajar
bermakna (meaningful learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana
informasi baru dihubungkan dengan struktur penertian yang sudah dipunyai
seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba
menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya.
b. Belajar
menghafal (rote learning)
Bila
konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru
tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila
seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali
tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Menurut Ausubel
belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan
dengan cara informasi atau materi pelajaran itu disajikan kepada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Selanjutnya dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika
siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan
struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika
siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur
kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Langkah –
langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
a. Pengatur awal
(advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan
konsep yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
b. Diferensiasi
Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan
kolaborasi konsep- konsep.
B.
Pengertian
Model Pembelajaran
1. Pembelajaran
Di
dalam BBM ini istilah pembelajaran
sama dengan proses belajar
mengajar. Dalam konteks
pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang
saling berinteraksi. Dengan demikian, dalam modul ini, pembelajaran
didefinisikan sebagai pengorganisasian
atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya
yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik.
2.
Model pembelajaran
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar (Syaiful Sagala, 2005).
Secara
luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan
deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum,
kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku
pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer.
Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik)
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan
belajar bagaimana cara belajar.
Merujuk
pada dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran dalam BBM ini
sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu,
dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam
mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya
belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat
karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta
didik atau dikenal dengan istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran.
Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik
lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model
pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
C. Model
Pembelajaran Langsung
1.
Pengertian Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada
guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas
informasi materi ajar.
2. Macam-Macam
Pembelajaran Langsung
Adapun
macam-macam pembelajaran langsung antara lain :
a.
Ceramah, merupakan suatu
cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar.
b.
Praktek dan latihan,
merupakan suatu teknik untuk membantu siswa agar dapat menghitung dengan cepat
yaitu dengan banyak latihan dan mengerjakan soal.
c.
Ekspositori, merupakan suatu
cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, hanya saja frekuensi
pembicara/guru lebih sedikit.
d.
Demonstrasi, merupakan suatu
cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah dan ekspositori, hanya
saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit dan siswa lebih banyak dilibatkan.
e.
Questioner
f.
Mencongak
3.
Ciri-Ciri pada Pembelajaran
Langsung
Model
pembelajaran langsung mempunyai ciri-ciri, antara lain :
a.
Proses pembelajaran
didominasi oleh keaktifan guru.
b.
Suasana kelas ditentukan
oleh guru sebagai perancang kondisi.
c.
Lebih mengutamakan keluasan
materi ajar daripada proses terjadinya pembelajaran.
d.
Materi ajar bersumber dari
guru.
4.
Tujuan Pembelajaran Langsung
Model
pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai
dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini
cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model
pembelajaran yang lain.
D. Model
Pembelajaran Kooperatif
1.
Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga
tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Menurut
Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan
siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa
bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan
Wikandari, 2000:25).
Eggen
dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai
sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu
dalam mempelajari sesuatu.
2. Macam-Macam
Model Pembelajaran Kooperatif
Ada
4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001),
yaitu;
a. Student
Teams Achievement Division (STAD)
b. Group
Investigation
c. Jigsaw
d. Structural
Approach
Sedangkan
dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah;
a. Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca
dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan
b. Team
Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk
tingkat 3-6 (setingkat TK).
Model
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan,
dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).
a. Struktur
tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam
kelas
b. Struktur
tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada
akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam
struktur tujuan, yaitu:
a. Struktur
tujuan individualistik
b. Struktur
tujuan kompetitif
c. Struktur
tujuan kooperatif
d. Struktur
penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika
keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.
3.
Ciri-Ciri dan Tahapan pada
Model Kooperatif
Menurut
Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,
b. kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
c. jika
mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda-beda,
d. penghargaan
lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Pembelajaran
kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut (Ibrahim, M.,
dkk., 2000: 10)
a. Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
b. Menyampaikan
informasi.
c. Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membantu
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
e. Evaluasi
atau memberikan umpan balik.
f. Memberikan
penghargaan.
4.
Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga
tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:
a. Meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan
yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
c. Mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting
karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan
sosial.
5.
Ketrampilan Pembelajaran
Kooperatif
Melalui
model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi
juga ketrampilan yang lain.
Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara
lain:
a.
Keterampilan-keterampilan Sosial
b.
Keterampilan Berbagi
c.
Keterampilan Berperan Serta
d.
Keterampilan-keterampilan
Komunikasi
e.
Pembangunan Tim
f.
Keterampilan-keterampilan
Kelompok
C. Model
Pembelajaran Berdsarkan Masalah
1. Pengertian
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat
tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 : 123).
2. Macam-Macam
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Macam-macam
pembelajaran berdasarkan masalah Menurut Arends (1997), antara lain :
a. Pembelajaran
berdasarkan proyek (project-based instruction), pendekatan pembelajaran yang
memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya.
b. pembelajaran
berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), pendekatan pembelajaran
yang memperkenankan siswa melakukan percobaan guna mendapatkan kesimpulan yang
benar dan nyata.
c. belajar
otentik (authentic learning), pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa
mengembangkan ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting dalam
konsteks kehidupan nyata.
d. Pembelajaran
bermakna (anchored instruction), pendekatan pembelajaran yang mengikuti
metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
3. Ciri-Ciri
dan Tahapan pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah
ciri-ciri
dari model pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends
(2001 : 349), antara lain :
a.
Pengajuan pertanyaan atau
masalah.
b.
Berfokus pada keterkaitan
antar disiplin.
c.
Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d.
Menghasilkan produk dan
memamerkannya.
e.
Kolaborasi. Pembelajaran
berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja
sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berfikir.
Pengajaran
berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian
dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan
langkah-langkah berikut.
a. Tahap-1
Orientasi
siswa pada masalah
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
b. Tahap-2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
Guru
membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Tahap-4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya.
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
e. Tahap-5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Sumber: Ibrahim, 2000 : 13).
4. Tujuan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran
berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom
dan mandiri (Ibrahim, 2000 : 7).
Menurut
Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan
masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan
bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari
buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.
5. Peran
Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut
Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas
tradisional. Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut:
a. Mengajukan
masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah
kehidupan nyata sehari-hari.
b. Memfasilitasi/membimbing
penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/
percobaan.
c. Memfasilitasi
dialog siswa.
d. Mendukung
belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar
Model pembelajaran langsung dikembangkan
untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam
suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi ajar yang disampaikan
lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain.
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan
masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan
menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri
Daftar pustaka
http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-dan-model-pembelajaran.html
http://rinastkip.wordpress.com/2013/02/09/makalah-karakteristik-dan-model-model-pembelajaran-rinastkip/
http://skripsi-tesis-karyailmiah.blogspot.com/2011/04/model-pembelajaran-artikel.html
Ace
Suryadi.1999.pendidikan investasi SDM, Dan Pembangunan, isu Teory, dan
Aplikasi. Jakarta: Balai Pustaka
Alifian.
1985. Persepsi masyarakat tenatang kebudayaan. Kumpulan karangan. Jakarta:
Gramedia
Andersen,
R Cusher, K. 1994. Multicultural dan incultural studies, dalam teaching studies
of society and environment (ed. marsh.C.). Sydney:Pertice Hall
Arief
S. Sadiman, dkk. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekom Dikbud dan PT Raja
Grafindo Persada
Atwi
Suparman. 2001. Desain INstruksional. Jakarta:PAU-PPAIDitjen Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional
Advertisement
Loading...