Perusahaan
teknologi dunia telah memperingatkan pengguna atas temuan celah
enkripsi atau dikenal Heartbleed. Celah itu berpotensi mencuri data
penting dan privasi pengguna.
Meski Google telah mengupayakan perbaikan, namun jutaan perangkat Android sampai saat ini masih beresiko dibobol dengan celah tersebut. Perbaikan itu belum mengakomodasi untuk perangkat Android yang menjalankan di bawah Jelly Bean.
Melansir BBC, Rabu 16 April 2014, dilaporkan statistik Google menunjukkan saat ini perangkat yang menjalankan Android versi Jelly Bean mash sangat minim, kurang dari 10 persen. Artinya ada miliaran perangkat Android yang berisiko terkena potensi pencurian data.
Meski ada cara dengan
meningkatkan versi Android ke versi Jelly Bean, namun beberapa perangkat
tak bisa mengupgrade ke Android versi yang lebih tinggi dari versi
Jelly Bean 4.1.1.
Perangkat yang tak dapat diupgrade yaitu Sony Experia E, HTC One S, Huawei Ascend Y300 dan Asus PadFone 2.
Terkait hal ini HTC mengaku tengah mengerjakan patch keamanan yang dikeluarkan Google pada pekan ini untuk perangkat lama untuk Android 4.1.1.
Sedangkan Asus mengharapkan peragkat mereka bisa diperbaharuai dalam waktu dekat. Sony dan Huawei belum berkomentar terkait hal ini.
Google memang telah menciptakan perbaikan atas masalah ini, namun produsen perangkat masih mengadaptasikan perangkat dan peranti lunak untuk diuji berbagai operator, sebelum nanti resmi dirilis.
Risiko pada aplikasi
Risiko keamanan juga bukan hanya mengintai pada perangkat mobile. Perusahaan keamanan menegaskan ratusan aplikasi yang tersedia pada beberapa pusat aplikasi masih perlu diperbaiki untuk mencegah risiko itu. Bahkan aplikas pesan instan populer, BBM yang ada pada iOS dan Android disebutkan juga rentan.
Menanggapi peringatan itu, BlackBerry, pekan lalu mengatakan belum melakukan perbaikan. Perusahaan asal Kanada itu mengatakan sangat kecil kemungkinan risiko peretas mengeksploitasi celah guna mencuri data pelanggan.
Perusahaan keamanan lain. Trend Micro mengatakan celah enkripsi itu dapat mempengaruhi tiap operasi mobile. Pasalnya problem keamanan itu disebabkan oleh server yang mengirimkan data le aplikasi belum memiliki update versi OpenSSL terbaru.
Perusahaan itu mengatakan ada 6000 aplikasi yang berisiko, termasuk aplikasi belanja dan layanan terkait bank. (ren)sumber
Meski Google telah mengupayakan perbaikan, namun jutaan perangkat Android sampai saat ini masih beresiko dibobol dengan celah tersebut. Perbaikan itu belum mengakomodasi untuk perangkat Android yang menjalankan di bawah Jelly Bean.
Melansir BBC, Rabu 16 April 2014, dilaporkan statistik Google menunjukkan saat ini perangkat yang menjalankan Android versi Jelly Bean mash sangat minim, kurang dari 10 persen. Artinya ada miliaran perangkat Android yang berisiko terkena potensi pencurian data.
Perangkat yang tak dapat diupgrade yaitu Sony Experia E, HTC One S, Huawei Ascend Y300 dan Asus PadFone 2.
Terkait hal ini HTC mengaku tengah mengerjakan patch keamanan yang dikeluarkan Google pada pekan ini untuk perangkat lama untuk Android 4.1.1.
Sedangkan Asus mengharapkan peragkat mereka bisa diperbaharuai dalam waktu dekat. Sony dan Huawei belum berkomentar terkait hal ini.
Google memang telah menciptakan perbaikan atas masalah ini, namun produsen perangkat masih mengadaptasikan perangkat dan peranti lunak untuk diuji berbagai operator, sebelum nanti resmi dirilis.
Risiko pada aplikasi
Risiko keamanan juga bukan hanya mengintai pada perangkat mobile. Perusahaan keamanan menegaskan ratusan aplikasi yang tersedia pada beberapa pusat aplikasi masih perlu diperbaiki untuk mencegah risiko itu. Bahkan aplikas pesan instan populer, BBM yang ada pada iOS dan Android disebutkan juga rentan.
Menanggapi peringatan itu, BlackBerry, pekan lalu mengatakan belum melakukan perbaikan. Perusahaan asal Kanada itu mengatakan sangat kecil kemungkinan risiko peretas mengeksploitasi celah guna mencuri data pelanggan.
Perusahaan keamanan lain. Trend Micro mengatakan celah enkripsi itu dapat mempengaruhi tiap operasi mobile. Pasalnya problem keamanan itu disebabkan oleh server yang mengirimkan data le aplikasi belum memiliki update versi OpenSSL terbaru.
Perusahaan itu mengatakan ada 6000 aplikasi yang berisiko, termasuk aplikasi belanja dan layanan terkait bank. (ren)sumber
Advertisement
Loading...