Penilaian
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kelas
A. Pendahuluan
Keberhasilan suatu pembelajaran
ditentukan oleh perencanaan, proses dan evaluasi. Ketiga hal ini harus
dipersiapkan secara matang agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan
efisien. Artinya, semua KD dapat disampaikan secara tepat sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
Evaluasi pembelajaran menjadi bagian
yang tak terpisahkan pada proses belajar mengajar (PBM). Dalam konteks KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) evaluasi berfungsi; (1) untuk menilai
keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi, (2) sebagai umpan balik untuk
perbaikan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 183:2005)
Menurut Guba dan Lincoln
dalam (Wina Sanjaya, 181:2005), menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses
memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan (evaluand).
Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan,
atau sesuatu kesatuan tertentu.
Karakteristik evaluasi sesuai konsep
di atas mengandung pengertian bahwa evaluasi merupakan suatu proses dan
berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Sebagai suatu proses, pelaksanaan
evaluasi seharusnya berupa tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian,
evaluasi bukan sekadar produk atau hasil, melainkan rangkaian kegiatan. Sebagai
pemberian nilai atau arti, evaluasi harus menunjukkan kualitas yang dinilai.
Evaluasi berbeda dengan pengukuran.
Pengukuran (measurement) pada umumnya berkenaan dengan masalah
kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Oleh karena itu, dalam
proses pengukuran diperlukan alat bantu tertentu. Untuk mengukur berat badan
diperlukan timbangan, untuk mengukur IQ, digunakan tes IQ.
B. Penilaian Berbasis Kelas
Evalusi pembelajaran yang berpihak
pada pengembangan keterampilan berbahasa dan bersastra adalah penilaian
berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas adalah proses penilaian yang
dilakukan secara terus-menerus. Penilaian dilakukan pada saat siswa
melaksanakan proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, seperti di
laboratorium atau lapangan. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan
kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran.
Penilaian berbasis kelas harus
mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi yang berkaitan dengan
pengujian dan pengukuran tingkat kognitif menggunakan tes, maupun evaluasi
terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, produk atau
karya.
Penilaian kelas merupakan suatu
proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat
penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan
pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui
berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance),
penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian
proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta
didik (portfolio), dan penilaian diri (Depdiknas, 4:2006).
Teknik penilaian yang digunakan harus
disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan
kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu
indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat
domain kognitif, psikomotor dan afektif.
Pada Standar Kompetensi bahasa dan
sastra Indonesia SD terdapat beberapa rumusan materi yang pembelajarannya harus
dilakukan di luar kelas. Pada Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) 2.1 kelas V
“Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan,
karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa”
atau Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Menanggapi penjelasan narasumber
(petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan santun
berbahasa.
Pembelajaran pada KD 2.1 dan KD 1.1
kelas V SD tidak harus dilaksanakan di dalam kelas. Oleh karena itu penilaian
yang dilakukan harus mempertimbangkan semua aspek penilaian tidak hanya
didasarkan pada hasil akhir atau produk yang dihasilkan siswa saja. Keterlibatan
dan keaktifan siswa harus dipertimbangkan selain sebuah produk sebagai hasil
akhir.
Wina Sanjaya (2005:185) mengatakan, sebagai suatu proses, pelaksanaan
penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah sesuai dengan tujuan
pencapaian kompetensi. Penilaian berbasis kelas menganut prinsip-prinsip; a)
motivasi, b) validitas, c) adil, d) terbuka, e) berkesinambungan, f)
menyeluruh, g) bermakna dan h) edukatif.
Penilaian berbasis kelas diharapkan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan
dan kelemahan guru maupun siswa. Penilaian tidak semata-mata memberikan angka
sebagai hasil proses pengukuran tetapi memberikan arti akan nilai yang dicapai
siswa. Pada tahap refleksi, guru dapat memotivasi siswa untuk perbaikan proses
pembelajaran selanjutnya.
Penilaian bukan semata-mata untuk
memenuhi syarat administratif belaka, tetapi diarahkan untu memperoleh
ketercapaian kompetensi seperti yang dirumuskan pada SK dan KD. Penilaian tidak
boleh menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain,
penilaian harus menjamin validitas. Dengan demikian, setiap kompetensi menuntut
jenis atau alat penilaian yang berbeda.
Alat penilaian aspek berbicara,
berbeda dengan aspek menulis. Demikian pula aspek membaca dan mendengarkan,
tentunya juga diperlukan alat penilaian yang tidak sama. Ada materi-materi yang
harus dinilai dengan bentuk tes, ada pula yang harus dilakukan dengan non-tes.
Pada kompetensi berbicara, alat penilaian bentuk tes pilihan ganda tentu saja
tidak tepat. Teknik penilaian unjuk kerja tepat untuk menilai kompetensi
berbicara siswa, tetapi tidak tepat untuk menilai kompetensi menulis atau
mendengarkan.
Setiap siswa mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dalam proses pembelajaran, tanpa memandang latar belakang
siswa. Setiap siswa berhak untuk dievaluasi. Penilaian bebasis kelas
menempatkan siswa pada posisi kesejajaran. Artinya, setiap siswa berhak
memperoleh perlakuan yang sama. Penilaian berbasis kelas memungkinkan siswa
berkembang secara individual. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun alat
penilaian untuk semua siswa dengan segala karakteristiknya.
Alat penilaian yang baik adalah alat
penilaian yang dapat dipahami secara baik oleh penilai maupun objek yang
dinilai. Siswa perlu diberitahu prosedur penilaian yang akan dilakukan beserta
kriteria penilaiannya. Keterbukaan ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk
memperoleh hasil yang baik sehingga memotivasi cara belajar mereka. Keterbukaan
juga memungkinkan siswa memahami posisi mereka dalam pencapaian kompetensi.
Dengan prinsip keterbukaan, siswa mengetahui kelemahan dirinya, kemudian
berusaha menutup kelemahan tersebut dengan belajar lebih giat lagi.
Penilaian kelas sebagai bagian
integral proses pembelajaran. Artinya, penilaian harus dilakukan secara
terus-menerus dan berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak terbatas
pada ruang dan waktu. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi
perkembangan dan kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi. Oleh karena itu,
jika siswa belum mencapai kompetensi tertentu, guru harus mengulang hingga
siswa menguasai kompetensi tersebut. Program perbaikan dan pengayaan adalah
salah satu cara penilaian berkesinambungan.
Penilaian berbasis kelas harus
tersusun dan terarah, sehingga hasilnya memberikan makna kepada semua pihak,
khususnya siswa. Dengan penilaian berbasis kelas, siswa mengetahui kemampuan
dan kekurangan dalam pencapaian kompetensi. Dengan demikian, guru atau orang
tua dapat memberikan bimbingan sesuai kebutuhan siswa dalam upaya mencapai
kompetensi.
Penilaian bebasis kompetensi
diarahkan untuk perkembangan siswa secara menyeluruh, baik perkembangan kognitif,
afektif maupun psikomotor. Oleh karena itu, guru harus menggunakan berbagai
ragam penilaian, misalnya tes, penilaian produk, penilaian proyek, skala sikap,
penampilan (performance) dan lainnya.
Hasil penilaian berbasis kelas tidak
hanya diarahkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam pencapaian
kompetensi melalui angka yang diperoleh, tetapi hasil penilaian harus
memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses agar pembelajaran berjalan
secara optimal. Oleh karena itu, proses penilaian tidak semata-mata tanggung
jawab guru. Siswa juga dilibatkan pada proses penilaian karena penilaian adalah
bagian dari proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia dapat dilakukan beragam teknik penilaian yang berhubungan dengan
proses belajar maupun hasil belajar. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan
dalam pembelajaran tetapi teknik yang sering digunakan pada pembelajaran
bahasa Indonesia, yakni penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
tertulis, penilaian proyek, penilaian portofolio. Penjelasan tentang
kelima teknik penilaian tersebut sebagai berikut:
a) Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa
dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa seperti: presentasi, diskusi,
bermain peran, berpidato, dan membaca puisi. Cara penilaian ini dianggap
lebih autentik daripada tes tertulis karena yang dinilai lebih mencerminkan
kemampuan siswa yang sebenarnya.
Penilaian unjuk kerja perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut; (1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan
dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi (2) Kelengkapan
dan ketepatan aspek yang akan dinilai, (3) Kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (4) Kemampuan yang akan dinilai tidak
terlalu banyak, sehingga mudah diamati, (5) Kemampuan yang akan dinilai
diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Pengamatan unjuk kerja perlu
dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara, misalnya dilakukan
pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam
kelompok kecil, berpidato, bercerita, bermain peran dan melakukan wawancara.
Dengan demikian, gambaran kemampuan siswa akan lebih utuh. Untuk mengamati
unjuk kerja siswa dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:
a. Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan
menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh guru. Jika tidak dapat diamati,
siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah guru hanya mempunyai
dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati,
baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Contoh daftar cek
(check list) pada penilaian berbicara tampak pada rubrik di bawah ini:
Rubrik Penilaian Berbicara
No
|
Unsur yang dinilai
|
SKOR
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
Ekspresi Fisik
a)
Berdiri tegak melihat khalayak
b)
Mengubah ekspresi wajah sesuai perubahan pernyataan yang disampaikan
c)
Gerak tubuh dan gerak tangan (unsur kinestik) membantu memberikan penegasan
|
||||||
2.
|
Ekspresi Suara
a)
Berbicara dengan kata-kata yang jelas
b)
Nada dan suara berubah-ubah sesuai pernyataan
c)
Berbicara cukup keras untuk didengar khalayak
|
||||||
3
|
Ekspresi Verbal
a) Memilih kata-kata yang tepat
untuk menegaskan arti
b) Tidak
mengulang-ulang pernyataan
c) Menggunakan kalimat
yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran
d) Menyimpulkan
pokok-pokok pikiran yang penting
|
||||||
Jumlah Skor
|
Skor maksimal adalah 10 x 5 = 50
Skor Perolehan
Nilai = ————————— x 100
Skor Maksimal
Kriteria penilaian dapat dilakukan
sebagai berikut :
1). Jika seorang siswa
memperoleh skor 45-59 dapat ditetapkan sangat kompeten
2). Jika seorang siswa
memperoleh skor 35-44 dapat ditetapkan kompeten
3). Jika seorang siswa
memperoleh skor 30-34 dapat ditetapkan cukup kompeten
4). Jika seorang siswa
memperoleh skor kurang dari 30 dapat ditetapkan tidak kompeten.
b) Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka
atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon
sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan
hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi
perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri atas tiga komponen,
yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang
dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen
kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan
cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu
dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai
berikut.
- Sikap terhadap materi pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
- Sikap terhadap guru/pengajar. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Siswa yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
- Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
- Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah rendahnya minat baca, berkaitan dengan materi kebahasaan. Siswa juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif agar mempunyai kegemaran membaca.
Penilaian sikap dapat dilakukan
dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi
perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut
secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya
menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang
biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada
kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik
yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah
dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang
kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Berikut
contoh format buku catatan harian.
Contoh isi Buku Catatan Harian
:
No.
|
Hari/ Tanggal
|
Nama Siswa
|
Kejadian (positif
atau negatif)
|
Tindak Lanjut
|
Kolom kejadian diisi dengan kejadian
positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat
untuk merekam dan menilai perilaku siswa, bermanfaat pula untuk menilai
sikap siswa dan dijadikan bahan penilaian perkembangan siswa secara
keseluruhan.
b. Pertanyaan langsung
Pertanyaan langsung berupa
pertanyaan atau wawancara. Yang diharapkan dari pertanyaan langsung adalah
sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana
tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai
“Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi memberi jawaban dapat
dipahami sikap siswa terhadap objek sikap.
c. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini adalah
siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang
suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, siswa
diminta menulis pandangannya tentang “Kasus KKN” yang terjadi di Indonesia.
Dari ulasan yang dibuat oleh siswa dapat dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.
c) Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan
dengan tes tertulis. Tes Tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban yang
diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes memiliki reliabilitas bila
menghasilkan hasil-hasil yang konsisten selama beberapa kali pengadministrasian
atau disajikan dengan beberapa macam bentuk (Arends, 2008: 218). Dalam menjawab
soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga
dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lainnya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. Memilih
jawaban, yang dibedakan menjadi:
- pilihan ganda
- dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
- menjodohkan
- sebab-akibat
b. Mensuplai jawaban,
dibedakan menjadi:
- isian atau melengkapi
- jawaban singkat atau pendek
- uraian
Dari berbagai alat penilaian
tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, menjodohkan dan sebab
akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu
kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk
menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas.
Namun, pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan
sendiri jawabannya bahkan jika siswa tidak mengetahui jawaban yang benar, maka
akan menerka saja. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar untuk
memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan
ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik
guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah
alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan
mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis
kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan.
Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrument penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
- Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;
- materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;
- konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
- bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
d) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan
penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan
untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan
dan kemampuan menginformasikan pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya
ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
- Kemampuan pengelolaan : kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
- Relevansi : kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
- Keaslian : proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa.
Penilaian proyek dilakukan mulai
dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru
perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan
desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar
cek ataupun skala penilaian.
PENILAIAN
UNJUK KERJA
KELOMPOK
: ……….. / KELAS ……
Anggota:
1.
………………
4. ………………..
2.
………………
5. ………………..
3. ………………
NO.
|
TUGAS
YG HARUS DIKERJAKAN
|
DISELESAIKAN
TANGGAL
|
KETERANGAN
|
PARAF
GURU
|
1
|
Membagikan angket dan interview
|
|||
2
|
Menganalisis hasil angket
|
|||
3
|
Menyusun Bab I
|
|||
4
|
Menyusun Bab II
|
|||
5
|
Menyusun Bab III
|
|||
6
|
Menyelesaikan Laporan Awal –
Daftar Pustaka
|
|||
7
|
Penyerahan hasil
|
e) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan
penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi
tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Penilaian portofolio pada dasarnya
menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata
pelajaran. Akhir suatu priode, hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai
oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
siswa dapat menilai perkembangan kemampuan siswa kemudian melakukan
perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan
kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat,
catatan perkembangan pekerjaan, hasil diskusi, hasil membaca buku/ literatur,
hasil penelitian, hasil wawancara, dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio, antara lain:
- Karya siswa adalah benar-benar karya sendiri. Guru melakukan penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya sendiri.
- Saling percaya antara guru dan siswa
Dalam proses penilaian guru dan
siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu
sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
- Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa
Kerahasiaan hasil pengumpulan
informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan
kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga berdampak negatif
pada proses pembelajaran.
- Milik bersama (joint ownership) antara siswa dan guru
Guru dan siswa perlu mempunyai rasa
memiliki berkas portofolio sehingga berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
- Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya
berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan kepada siswa untuk
lebih meningkatkan diri.
- Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah
hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
- Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan
prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari
catatan guru tentang kinerja dan karya siswa.
- Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal
yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini
sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan
kekurangan siswa.
Teknik penilaian portofolio
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
- Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa berbeda.
- Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
- Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
- Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para siswa. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan ejaan, pilihan kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
Setelah suatu karya dinilai dan
nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki.
Namun, antara siswa dan guru perlu membuat perjanjian mengenai jangka waktu
perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki wajib diserahkan
kembali.
Contoh Rangkuman Penilaian
Portofolio
Mata Pelajaran :
Bahasa Indonesia
Alokasi
Waktu : 1 Semester
Nama Siswa :
_________________
Kelas/Smt
No
|
SK
/ KD
|
Skor
|
Prestasi
|
Keterangan
|
|
(1
– 10)
|
T
|
BT
|
|||
1.
|
Menanggapi siaran atau informasi
dari televisi/radio
|
||||
2.
|
Dst
|
||||
Total
Skor
|
Catatan:
Setiap Standar Kompetensi atau
Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file
(tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti pekerjaannya. Kemudian Guru
menjelaskan bobot dari setiap portofolio yang dibuat.
C. Penutup
Evaluasi pembelajaran yang berpihak
pada pengembangan keterampilan berbahasa dan bersastra adalah evaluasi berbasis
kelas karena pengambilan nilai berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas.
Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Teknik
penilaian berbasis kelas yang tepat untuk pembelajaran bahasa dan sastra adalah
penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek,
dan penilaian portofolio.
Daftar Rujukan :
- Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas.
- Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
- Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Efective Teaching, teori dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
- Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Iplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
- Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
- Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
- Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
http://wyw1d.wordpress.com/2009/12/25/penilaian-mata-pelajaran-bahasa-indonesia-berbasis-kelas/
Advertisement
Loading...