REKONSILIASI MANUSIA EKONOMI :
TUMA’NINAH VS SELF-INTEREST
OLEH MUHAMMAD YUNUS DAN RAHMATIA YUNUS
Melihat perkembangan zaman yang semakin pesat kian hari kian menunjukkan sifat yang dehumanisasi dan hal ini tidaklah terlepas pada problematika ummat dalam konteks perekonomian sampai di zaman modern ini. Masalah ekonomi sudah lama jadi bahan kajian tetapi sampai hari ini belum juga terpecahkan, salah satu yang menyebabkannya adalah etika dan moral manusia ekonomi yang serakah. Telah lahir mazhab ekonomi terbagi menjadi beberapa bagian : Islam, Skolastik, Merkantalisme, fisiokrat, Klasik, Neo Klasik, Marxisme, sampai kepada Ekonomi kelembagaan yang berbicara tentang perekonomian. Setelah membaca beberapa karya dari berbagai sumber terkait dengan ekonomi, saya melihat bahwa Sistem Ekonomi Islam-Lah yang sangat humanistik. Dalam buku ini “REKONSILIASI MANUSIA EKONOMI :
TUMA’NINAH VS SELF-INTEREST para pembaca diajak memahami siapa “manusia” sebenarnya dan apa yang menjadi relasi manusia dengan manusia serta relasi manusia dengan alam ?. Hal ini menjadi pengantar dalam karya besar ini yang membantah teori “Evolusi” dari Charles Darwin dengan menggunakan landasan yang kuat yaitu (Alquran) untuk menjelaskan siapa “manusia” sebenarnya. Segala ciptaan adalah berpasang-pasangan, demikian pula relasi manusia dan alam. Dalam makna mikro makro, segalanya adalah berpasaang-pasangan, dalam buku ini dijelaskan secara mendetail kondisi mikro pada tubuh manusia.
sumber gambar bukalapak.com |
Penjelasan sosio economi atau kajian terhadap hubungan diantara aktivitas ekonomi dan kehidupan sosial, penulis mengajak para pembacanya untuk memahami secara fundamental perkembangan perilaku manusia ekonomi di zaman sekarang ini.
Dapat kita lihat kenyataannya pada hari ini, para pelaku ekonomi dalam aktivitas ekonominya sangatlah “Self-interest” atau mementingkan diri sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith dalam Maha Karyanya bahwa kita tidak akan menikmati sepotong daging karena kebaikan dari tukang daging itu. Hal ini jelas berbeda dengan para pemikir ekonomi moral seperti james scott. Karena menurut james scott dalam bukunya “ekonomi moral” dia sangat percaya bahwa kehendak pelaku ekonomi dalam menyediakan jaminan bagi anggota komunitasnya dikendalikan oleh moral (hasrat untuk selalu berlaku baik) yang tertanam dalam pemikiran mereka
Manusia yang bermoral adalah “believers” atau orang-orang beriman, yang tindakannya dibimbing oleh ide tentang benar dan salah. Seperti inilah penekanan dalam karya Muhammad Yunus dan Rahmatia Yunus, Tuma’ninah dan ekonomi moral menurut saya sangat relevan. Tetapi konsep Tuma’ninah sangatlah memanusiakan manusia tanpa melanggar apa yang menjadi ketentuan dari sang ilahi. Manusia dituntuk untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dan menunjang dalam mencapai kehidupan yang falah, dan dapat menciptakan sistem tatanan ekonomi yang lebih adil dan manusiawi serta demi kemaslahatan ummat manusia di muka bumi ini.
Karya ini sangat menentang para pelaku ekonomi yang menggunakan nalar “Rasionalitas” dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, alhasil terjadi eksploitasi terhadap alam, penindasan terhadap manusia, dan tentunya merusak tatanan masyarakat. Makanya Al-quran hadir sebagai pedoman ummat islam sebagai landasan konseptual dalam menjalankan kehidupan sehari-hari khususnya aspek ekonomi.
Penulis mampu menjelaskan secara konkrit tentang hablum minannas (hubungan sesama manusia) sebagai makhluk sosial yang harus terikat dan mengejewantahkan nilai – nilai ketauhidan, termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi agar tercipta masyarakat adil dan makmur.
Advertisement
Loading...