-->
PHP Dev Cloud Hosting
PREPARAT MELINTANG BATANG TUMBUHAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL

PREPARAT MELINTANG BATANG TUMBUHAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK TUMBUHAN
PERCOBAAN IV

PREPARAT MELINTANG BATANG TUMBUHAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL


NAMA : RABIYAH AL ADAWIAH
NIM : H411 16 010
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TANGGAL : SELASA/13 MARET 2018
ASISTEN : ULFAH NUR AMALIAH

LABORATORIUM BOTANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang terdapat di alam semesta. Ciri yang mudah dikenali pada tumbuhan adalah warna hijau yang dominan akibat kandungan pigmen klorofil yang berperan vital dalam proses penangkapan energi melalui fotosintesis (Syukriah dan Liuvita, 2016).

Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan, seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan jaringan pengangkut. Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar. Jaringan epidermis berfungsi melindungi jaringan dari lingkungan luar, berperan dalam pengaturan pertukaran gas pada daun dan bagian permukaan luarnya dilapisi oleh kutikula. (sisi abaksial) (Anu, dkk., 2017)..

Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan. Metode pembuatan preparat (sediaan histologi) yang digunakan adalah metode section/irisan dengan perendaman pada larutan pewarna safranin 1% (Latifa, 2015). Berdasarkan hal tersebut, cara untuk mengetahui pembuatan preparat melintang akar dengan metode section, maka dilakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui perbedaan anatomi akar tumbuhan monokotil dan dikotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Mikroteknik ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 13 Maret 2018, Pukul 14:00 – 17:30 wita, bertempat di Laboratorium Botani, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Organologi adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan fungsi organ dari tumbuhan itu sendiri. Tubuh makhluk hidup tersusun atas jutaan sel. Sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan. Beberapa macam  jaringan akan membentuk suatu organ. Kumpulan bermacam-macam organ membentuk suatu sistem organ. Akhirnya, beberapa macam sistem organ saling melengkapi dan bekerja sama untuk membentuk suatu individu makhluk hidup. Akar sebagai organ pada tumbuhan dibentuk dari beberapa jaringan yang berbeda. Fungsi utama organ akar pada tumbuhan, yaitu sebagai alat absorbsi air, nutrisi berbagai garam mineral yang terlarut di dalam tanah, dan pengokoh tumbuhan pada tempat tumbuhnya. Pada tumbuhan tingkat tinggi, yaitu dikotil dan monokotil akarnya sudah merupakan akar sejati. Penamaan ini berdasarkan adanya perbedaan dengan struktur akar yang terdapat pada tumbuhan tingkat rendah, misalnya lumut (Syukriah dan Liuvita, 2016).

Keadaan anaerob dapat meningkatkan terbentuknya etilen di pucuk dan akar tanaman. Hormon etilen dapat meningkatkan aktivitas enzim selulase. Enzim selulase ini akan menentukan perkembangan aerenkim pada akar tanaman. Tanaman mempunyai adaptasi anatomi untuk kelangsungan hidupnya dengan cara memberikan peluang untuk menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Adaptasi anatomi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup tanaman. (Ningsih, dkk., 2016).

Selama siklus hidupnya tanaman memperoleh air dengan cara menyerap air dari lingkungannya. Yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor tanaman. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan air tanah, kelembapan udara dan suhu tanah. Faktor tanaman yang berpengaruh adalah efisiensi perakaran, perbedaan tekanan difusi air tanah ke akar, dan keadaan protoplasma tanaman (Ai dan Patricia, 2013).

Pada pembagian lima dunia makhluk, tumbuhan dikelompokkan berdasarkan perilaku melekat di habitat, dapat menggunakan alat pelekat (stipe) misalnya tumbuhan gagang (Algae), risoid (rhizoid) misalnya pada tumbuhan lumut (Bryophyta), atau akar (radix) pada tumbuhan paku (Pteridophyta) dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat pelekat pada tumbuhan ganggang merupakan kumpulan masa sel yang berfiingsi untuk melekat dan bukan untuk absorbsi air dan unsur hara, rizhoid merupakan penonjolan sel-sel yang bersambungan menjadi bentuk benang yang secara straktural dapat dipersamakan dengan rambut akar (pilus radicalis) pada tumbuhan berbiji (Ningsih, 2015).

Peranan utama air bagi tanaman adalah sebagai pelarut serta pembawa         ion-ion hara dari rizosfer akar tanaman. Perubahan  morfologi  yang  terjadi akibat cekaman kekeringan dan genangan juga akan berpengaruh terhadap struktur anatomi organ vegetatif suatu tanaman. Keadaan tergenang akan meningkatkan terbentuknya aerenkim pada bagian korteks akar sedangkan keadaan kekeringan akan menurunkan diameter metaxilem akar (Ninilouwl, dkk., 2015).

Rhizoma ialah bagian dari tubuh tumbuhan yang  mengarah  keatas. Rhizoma beserta dengan akar menancapkan tubuh ke dalam substrat. Rhizoma seringkali terbenam di dalam substrat yang meluas secara ekstensif dan memiliki peran pada reproduksi vegetatif (Frasiandini, dkk., 2012).

Akar tumbuhan monokotil tidak mengalami pertumbuhan menebal sekunder. Strukturnya seperti akar primer. Pada Allium, korteks tersusun oleh sel-sel parenkim yang besar dan rapat tanpa ruang udara. Pada akar tumbuhan air, seperti pada Oryza sativa banyak ruang-ruang udara. Parenkim tidak berkloroplas. Pada akar udara suku Orchidaceae tropik dan suku Araceae yang hidup epifit, dan beberapa monokotil yang terestrial, epidermis berkembang menjadi jaringan yang multiseriat berlapis-lapis, dan disebut velamen. Velamen bersifat mati, dinding sekunder tebal, berfungsi sebagai pelindung, mengurangi hilangnya air dan korteks. Penebalan dinding velamen kadang-kadang berserabut. Disebelah dalam velamen terdapat lapisan sel yang khusus, merupakan derivat periblem, dan lapisan ini merupakan lapisan terluar korteks, disebut eksodermis (Ningsih, 2015).

Korteks tersusun oleh sel-sel parenkim yang besar dan rapat tanpa ruang udara. Pada akar tumbuhan air, seperti pada (Oryza sativa) banyak ruang-ruang udara. Parenkim tidak kerkloroplas. Pada akar udara suku Orchidaceae tropik dan suku Araceae yang hidup epifit, dan beberapa monokotil yang terestrial, apidermis berkembang menjadi jaringan yang multiseriat berlapis-lapis, dan disebut velamen. Velamen bersifat mati, dinding sekunder tebal, berfungsi sebagai pelindung, mengurangi hilangnya air dan korteks. Penebalan dinding velamen kadang-kadang berserabut. Disebelah dalam velamen terdapat lapisan sel yang khusus, merupakan derivat periblem, dan lapisan ini merupakan lapisan terluar korteks, disebut eksodermis (Ningsih, 2015).

Menurut Freckmann (2000) beberapa ciri morfologi yang terdapat pada kelas dikotiledon yaitu sebagai berikut (Trihartanti, dkk., 2015):

1. Semua anggota spesiesnya memiliki dua kotiledon (daun lembaga) pada masing-masing bijinya.
2. Bagian-bagian bunga khususnya pada sepal, petal, dan stamen memiliki jumlah 4, 5 atau kelipatannya.
3. Sistem pertulangan daunnya menyirip atau menjari, biasanya percabangan pada ibu tulang daunnya membentuk seperti jejaring.

Pengamatan jaringan tumbuhan akan lebih mudah jika menggunakan pewarna untuk mewarnai jaringan tersebut. Pewarnaan bertujuan agar pembedaan sel atau jaringan dapat dilakukan dengan baik. Menurut Gunarso (1989) dalam Gresby (2013), pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam dan memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop (Bisri, dkk., 2014).

Jaringan merupakan sekelompok sel dengan asal usul, struktur dan fungsi yang sama. Jaringan tumbuhan yang umum diamati adalah jaringan tumbuhan monokotil dan jaringan tumbuhan dikotil. Menurut Campbell et al. (2000),  perbedaan monokotil dan dikotil dapat terlihat dari susunan anatomi jaringan pada penampang akar dan batang (Apriani, 2016).

Pada Angiospermae, primordia cabang akar terbentuk dari sel-sel perisikel (perikambium). Sel-sel tersebut mengadakan pembelahan periklinal dan antiklinal. Selain perisikel, sel-sel parenkim pada stele yang berdekatan dengan perisikel juga membelah, sehingga hasil pertumbuhannya dapat menembus korteks akar induk. Pada beberapa tumbuhan, endodermis akar induk ikut pula mengambil bagian dalam pembentukan cabang akar. Bila primordia cabang akar telah mencapai permukaan akar induk, jaringan yang berasal dari endodermis akan mati dan terkelupas. Berkas pengangkut akar cabang dan akar induk dihubungkan oleh sel-sel parenkim penghubung. Sel-sel penghubung berasal dari perisikel, dan mampu berdiferensiasi menjadi xilem dan floem (Ningsih, 2015).

Berdasarkan irisan memanjang dari ujung akar, maka ada 4 daerah pertumbuhan pada ujung akar, yaitu (Ningsih, 2015) :

1. Tudung akar 
2. Daerah pembelahan sel 
3. Daerah pembentangan 
4. Daerah diferensiasi atau pemasakan sel daerah pertumbuhan ini strukturnya bervariasi tergantung jenis tumbuhan dan lingkungannya yaitu tanah dan iklim.

Bagian akar terbagi menjadi struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar akar terdiri atas tudung akar, batang akar, percabangan akar (hanya pada dikotil), dan bulu-bulu akar. Sementara itu, struktur bagian dalam akar (anatomi akar) terbentuk oleh jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan stele (silinder pusat). Bagian-bagian akar tersebut tersusun berurutan dari luar ke dalam. Anatomi akar diantaranya (Syukriah dan Liuvita, 2016) : 

a. Epidermis Jaringan epidermis akar merupakan lapisan yang hanya terdiri dari satu lapisan sel.
b. Korteks Korteks adalah bagian dalam akar yang tersusun oleh berbagai sel yang membentuk beberapa lapisan.
c. Endodermis Endodermis merupakan bagian dari jaringan akar yang terdiri atas satu lapisan sel.
d. Stele (Silinder Pusat) Silinder pusat terbentuk oleh berkas-berkas pengangkut dan beberapa jaringan lain 
Adapun beberapa fungsi akar pada tumbuhan yaitu jangkar serta dukungan tanaman, menyerap dan mengalirkan air dan mineral, produk toko fotosintesis (karbohidrat, gula, protein), dan  musim dingin kelangsungan hidup tanaman keras, makanan dan pakan, perambatan, dan pengendalian erosi tanah.

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah silet, mikroskop, pensil, objek gelas, cawan petri, kamera, pipet tetes dan deck glass.


III.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akar tanaman Jagung Zea mays L. dan akar tanaman Pacar Air Impatiens balsamina, empulur batang ubi kayu Mannihot uttilisima, aquades, gliserin, kuteks bening, dan label.

III.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan untuk membuat preparat melintang yaitu sebagai berikut :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diiris bahan tanaman Jagung Zea mays L dan akar tanaman Pacar Air Impatiens balsamina dengan silet secara melintang setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu
3. Diletakkan hasil irisan pada objek gelas, dan diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass
4. Diamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik  fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan
5. Dioleskan di sekitar deck glass kuteks bening untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat
6. Diberi label pada preparat dan disimpan di tempat yang baik dan aman.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1 Gambar hasil pengamatan IV.1.1 Gambar Penampang Melintang Anatomi Akar Tanaman Dikotil



Gambar 1. Anatomi Akar Pacar Air Impatiens balsamina

IV.1.2 Gambar Penampang Melintang Anatomi Akar Tanaman Monokotil


Gambar 2.  Anatomi Akar Jagung Zea mays

IV.2 Pembahasan

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap penampang melintang akar tumbuhan Pacar air Imptiens balsamina dapat dilihat dari bagian-bagiannnya yaitu, ditemukan adanya jaringan epidermis, dimana jaringan ini berfungsi melindungi jaringan-jaringan yang ada di dalamnya, jaringan pengangkut yaitu xylem yang berfungsi untuk transportasi air dan mineral serta zat hara dari akar ke batang dan daun, floem berfungsi untuk mentransfer hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan, perisikel berfungsi untuk memungkinkan pengembangan akar sekunder dan kambium gabus, dengan cabang dari akar yang lebih besar untuk memperluas sistem akar tanaman, karena dapat menggerakkan nutrisi dan air melalui akar, korteks berfungsi sebagai tempat cadangan makanan, endodermis berfungsi mengatur masuknya air tanah ke dalam pembuluh pengangkut dan menyimpan zat makanan serta pemisahan yang jelas antara korteks dan stele.

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap penampang melintang akar tumbuhan Jagung Zea mays L. dapat dilihat dari bagian-bagiannnya yaitu, ditemukan adanya jaringan epidermis, dimana jaringan ini berfungsi melindungi jaringan-jaringan yang ada di dalamnya, jaringan pengangkut yaitu xylem yang berfungsi untuk transportasi air dan mineral serta zat hara dari akar ke batang dan daun, floem berfungsi untuk mentransfer hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan, korteks berfungsi sebagai tempat cadangan makanan, endoderrmis berfungsi mengatur masuknya air tanah ke dalam pembuluh pengangkut dan menyimpan zat makanan serta pemisahan yang jelas antara kotex dan stele.

Dari pengamatan yang dilakukan maka dapat dibandingkan antara anatomi akar Pacar air Imptiens balsamina dan Jagung Zea mays L. yaitu Pacar air Imptiens balsamina, mempunyai kambium vaskuler, pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkaran atau berseling radial, tidak memiliki meristem interkalar, jari-jari empulur berupa deretan parenkim diantara berkas pengangkut. Sedangkan Jagung Zea mays L. tidak memiliki kambium vaskuler, pembuluh angkutnya tersebar, berkas pengangkut dibungkus oleh sarung berkas pengangkut, memiliki epidermis yang tebal, memiliki meristem interkalar, dan tidak memiliki jari-jari empulur.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh bahwa pada akar dikotil, yaitu akar Pacar Air Impatiens balsamina terbentuk kambium serta korteks dan stele terdapat sekat pemisah sedangkan pada akar monokotil, yaitu akar Jagung Zea mays L. tidak terbentuk kambium serta tidak ada pemisah yang jelas antara korteks dan stele.

V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Praktikum

Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya tidak hanya dengan satu sampel tumbuhan saja agar dapat diketahui perbandingan antar satu dengan yang lainnya.

V.2.2 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya alat-alat dalam Laboratorium lebih diperhatikan serta dalam kondisi bisa digunakan untuk menunjang proses praktikum yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ai, N, S., dan Patricia, T., 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada tanaman  (Root morphological characters as water- deficit indicators in plants). Jurnal Bioslogos, 3(1): 30-39.

Anu, Oktarin., Henny, L, R., dan Johanis J Pelealu., 2017. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Euphorbiaceae. Jurnal Mipa Unsrat Online, 6(1): 69-73.

Apriani, I, 2016. Pengembangan Media Belajar : Angkak Beras Merah dan Teh Sebagai Pewarna Alternatif Preparat Basah Jaringan Tumbuhan. Jurnal Bioilmi, 2(1): 59-65.

Bisri, C., Yuni, P., dan Sri, W., 2014. Ekstrak Kelopak Bunga Rosella Hibiscus sabdariffa L. Sebagai Pewarnaan Alternatif  Alami Preparat Section Tanaman Cabe Merah Besar. Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Frasiandini, I., Rinie, P, P., dan Novita, K, I., 2012. Struktur Morfologi dan Anatomi Syringodium Isoetifolium di Pantai Kondang Merak Malang. Jurnal LenteraBio, 1(2): 67-74.

Latifa, R, 2015. Peningkatan Kualitas Preparat Histologi Berbasis Kegiatan Praktikum di Laboratorium Biologi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, 794- 813.

Ningsih, I., Y., 2015. Modul Botani Farmasi, Anatomi dan Morfologi Akar. Universitas Jember, Jember.

Ningsih, A., Mansyurdin., dan Tesri, M., 2016. Perkembangan Aerenkin Akar Kangkung Darat Ipomoea reptans Poir dan Kangkung Air Ipomoea aquatic Forsk. Jurnal Al-Kauniyah Biologi, 9(1): 37-43.

Ninilouwl, J, P., Mukarlina., dan Riza, L., 2015. Struktur Anatomi Akar, Batang dan Daun Jabon Putih Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq yang Mengalami Cekaman Kekeringan dan Genangan. Jurnal Protobiont, 4(2): 113-120 

Syukriah, F., dan Liuvita, P., 2016. Implementasi Teknologi Augmented Reality 3D Pada Pembuatan Organologi Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Fifo, 8(1): 23- 32.

Trihartanti, W., Rahardjo., dan Novita, K., I., 2015. Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Materi Dunia Tumbuhan di SMA Negeri 1 Gedagan Sidoarjo. Jurnal BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi, 4(1): 806- 809.
Advertisement
Loading...
Loading...
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar

Berikanlah Komentar Anda Tentang Artikel Di atas
Berkomentar dengan sopan dan jangan lupa LIke FansPagenya
Jangan spam (komentar dengan link aktif), bila ada link aktif saya akan hapus komentar anda