BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Optimalisasi multi kecerdasan adalah hal yang terjadi ketika
seseorang mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya untuk
mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi baru. Jadi, apabila seseorang
mempelajari suatu konsep matematika dan kemudian menggunakan konsep ini untuk
memecahkan problem sains.
Optimalisasi multi kecerdasan pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari situasi pembelajaran sebelumnya, misalnya
jika murid mendapat tugas paruh waktu di perusahaan arsitektur dan mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di pelajaran geometri di sekolah untuk membantu asitek menganalisis problem spasial yang sangat berbeda dengan apa yang murid temui di pelajaran geometri di sekolah.
Optimalisasi multi kecerdasan pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari situasi pembelajaran sebelumnya, misalnya
jika murid mendapat tugas paruh waktu di perusahaan arsitektur dan mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di pelajaran geometri di sekolah untuk membantu asitek menganalisis problem spasial yang sangat berbeda dengan apa yang murid temui di pelajaran geometri di sekolah.
Di
Indonesia, otak masih menjadi raksasa tidur yang belum banyak dikelola dan
hanya sekitar 10% yang difungsikan oleh manusia, padahal otak merupakan bagian
tubuh yang sangat penting bagi perkembangan hidup seseorang. Ilmu pengetahuan
dan teknologi yang diciptakan manusia berasal dari olah pikir yang berpusat di
otak. Masih banyak potensi yang dipunyai otak namun belum dikelola oleh manusia
secara maksimal bagi perkembangan hidup. Otak benar-benar benda spektakuler
yang menyediakan komponen anatomis untuk aspek rasional (IQ), emosional (EQ)
dan spiritual (SQ). Artinya bahwa manusia secara kodrati telah dipersiapkan
sedemikian rupa untuk merespons segala bentuk dan macam hal yang muncul dari
ketiga komponen anatomis tersebut, berarti pula bahwa otak manusia menjadi
kekuatan fisik bagi pengembangan diri secara keseluruhan.
Optimalisasi multi kecerdasan
adalah hal yang terjadi ketika seseorang mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan
yang dimilikinya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi baru.
Jadi, apabila seseorang mempelajari suatu konsep matematika dan kemudian
menggunakan konsep ini untuk memecahkan problem sains.
Optimalisasi multi kecerdasan pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari situasi pembelajaran sebelumnya, misalnya
jika murid mendapat tugas paruh waktu di perusahaan arsitektur dan mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di pelajaran geometri di sekolah untuk membantu asitek menganalisis problem spasial yang sangat berbeda dengan apa yang murid temui di pelajaran geometri di sekolah
Optimalisasi multi kecerdasan pembelajaran ke situasi yang sangat berbeda dari situasi pembelajaran sebelumnya, misalnya
jika murid mendapat tugas paruh waktu di perusahaan arsitektur dan mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di pelajaran geometri di sekolah untuk membantu asitek menganalisis problem spasial yang sangat berbeda dengan apa yang murid temui di pelajaran geometri di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kecerdasan
Kecerdasan ialah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan,
seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Dari sederet pengertian
Intelegensi dan setiap orang yang berpendapat yang berbeda tentang Intelegensi
maka kami menyimpulkan bahwa Intelegensi adalah suatu tata kelakuan menusia
yang berbagai macam untuk berbuat sesuatu yang tepat dalam merespon sesuatu
yang Ia terima dari segi berfikir dan bertindak.
Optimalisasi multi kecerdasan adalah studi
tentang ketergantungan perilaku manusia, belajar, atau kinerja pada pengalaman
sebelumnya. Gagasan ini awalnya diperkenalkan sebagai transfer praktek oleh
Edward Thorndike dan Robert S. Woodworth. Mereka mengeksplorasi bagaimana
individu akan mentransfer pembelajaran dalam satu konteks ke konteks yang
berbagi karakteristik yang sama atau lebih formal bagaimana "perbaikan
dalam satu fungsi mental" dapat mempengaruhi satu lagi yang terkait.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
Tingkat
kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam perkembangan kecerdasan ada
beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor Bawaan
Dimana faktor ini
ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan
seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak
pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan
yang sama.
2.
Faktor
Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana
minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.
Faktor
Pembentukan
Dimana
pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang
direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak
direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4.
Faktor
Kematangan
Dimana
organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ
manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah
tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing.
Oleh
karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau
memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal
itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih
belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat
dengan faktor umu.
5.
Faktor
Kebebasan
Hal
ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah
yang sesuai dengan kebutuhannya.
C. Multiple Intelegensi
Sesungguhnya
intelegensi atau kecerdasan anak berbeda-beda karena beberapa faktor. Dari
perkembangannya kecerdasan dapat digolongkon bermacam-macam yang sering disebut
multiple intelegensi atau kecerdasan majemuk.
Dari
penjelasan tersebut maka Gardner
kemudian mengklasifikasikan kecerdasan. Klasifikasi kecerdasan
yang sering disebut multiple intelegensi atau kecerdasan majemuk. Garner
mengatakan bahwa, “ IQ tidak boleh dianggap sebagai gambaran mutlak, suatu
entitas tunggal yang tetap yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan
kertas.
Multiple
Kecerdasan menurut Gardner
Gardner berhasil mengidentifikasi tujuh macam
kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple Intelligence) atau biasa disingkat dengan MI. Dalam perkembangannya ditambah satu jenis kecerdasan sehingga menjadi
delapan, yakni naturalistic intelligence).
Kedelapan jenis kecerdasan
tersebut adalah :
1. Kecerdasan Linguistik
(Bahasa).
Kemampuan membaca,
menulis,dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Contoh orang yang
memiliki kecerdasan linguistic adalah penuulis, jurnalis, penyair, orator, dan
pelawak.
Umumnya memiliki ciri
antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau
menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal
kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah,
(f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g)
unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2. Kecerdasan Logis-Matematis.
Kemampuan berpikir
(bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Ini adalah jenis
keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon,
akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
Cirinya antara lain: (a)
menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan
pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli
dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis,
(d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu
dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan
IPA.
3. Kecerdasan Visual-Spasial.
Kemampuan berpikir
menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai
hal pada mata pikiran Anda. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini antara
lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan perencara
strategis.
Dicirikan antara lain: (a)
memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah
membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis
aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e)
sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka
melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas
sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau
uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.
4. Kecerdasan Musikal.
Kemampuan menggubah atau
mencipta musik, dapat menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan
musik, serta menjaga ritme. Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi,
composer, perekayasa rekaman.
Memiliki ciri antara lain:
(a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat
melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi
atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama
musik, (f).mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam
mata pelajaran musik.
5. Kecerdasan Kinestik-Tubuh.
Kemampuan menggunakan tubuh
Anda secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan produk atau
mengemukakan gagasan dan emosi. Kemampuan ini dimiliki oleh para atlet, seniman
tari atau akting atau dalam bidang banguan atau konstruksi.
Memiliki ciri: (a) banyak
bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik
seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh
sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat
atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang
kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan
gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap
jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian
menyusunnya lagi, (i).berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang
bersifat kompetitif.
6.
Kecerdasan Interpersonal (social).
Kemampuan bekerja secara
efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan
empati dan pengertian, memeperhatikan motivasi dan tujuan mereka. Kecerdasan
jenis ini biasanya dimiliki oleh para guru yang baik, fasilitator, penyembuh,
polisi, pemuka agama, dan waralaba.
Memiliki ciri antara lain:
(a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di
lingkungan tempat tinggalnya, (c).banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di
luar jam sekolah, (d).berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik
antartemannya, (e).berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang
lain, (f).sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi
pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7.
Kecerdasan Intrapersonal.
Kemampuan menganalis-diri
dan merenungkan-diri, mampu merenung dalam kesunyian dan menilai prestasi
seseorang, meninjau perilaku seseorang dan perasaan-perasaan terdalamnya,
membuat rencana dan menyusun tujuan yang hendak dicapai, mengenal benar diri
sendiri. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh ,
pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.
Memiliki ciri antara lain:
(a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar
dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d)
banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada
pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan
sendiri.
Pada tahun 1996, Gardner
memutuskan untuk menambahkan satu jenis kecerdasan kedelapan (yaitu kecerdasan
naturalis), dan kendatipun banyak pendapat yang menentang, ada godaan untuk
menambahkan yang kesembilan, yaitu kecerdasan spiritual.
8. Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan mengenal flora
dan fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan
menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau
melakukan penelitian biologi.
Kecerdasan hanyalah
sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan
meningkatkan kecerdasan dengan belajar menggunakan kemampuannya secara penuh.
Memiliki ciri antara lain:
(a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati
berjalan-jalan di alam terbuka, (c).suka berkebun atau dekat dengan taman dan
memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem
kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam
lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan
hidup. Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya
mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia.
Delapan
kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan kepada kita bahwa ada
“banyak jendela menuju satu ruangan yang sama” di mana subjek-subjek pelajaran
dapat didekati dari berbagai prespektif. Dan ketika orang mampu menggunakan
bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat, mereka akan menemukan bahwa
belajar itu mudah dan menyenangkan.
D. Mengoptimalisasikan Multi
Kecerdasan
Peran
orangtua pada dasarnya anak-anak sebagai generasi unggul tidak akan tumbuh
dengan sendirinya. Mereka memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan
untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka tumbuh dengan optimal.
Orang
tua memegang peranan penting menciptakan lingkungan tersebut guna memotivasi
anak agar dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di era
globalisasi. Ini semua dapat dimulai sejak masa bayi. Suasana yang penuh kasih
sayang, mau menerima anak apa adanya, menghargai potensi anak, memberi
rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara
kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua merupakan jawaban nyata bagi
tumbuhnya generasi unggul dimasa datang.
Memahami
anak keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang
tua dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak
dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satusama
lain namun saling melengkapi dan berharga.Selain memahami bahwa anak merupakan
individu yan unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan upaya memahami anak, yaitu bahwa anak adalah: anak bukan orang dewasa,
anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini.
Mereka
juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata
anak-anak. Untuk itu dalam menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran,
pengertian serta toleransi yang mendalam.Dunia bermain mereka adalah dunia
bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkait dengan penuh suasana
yang menyenangkan.
Anak
selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis.
Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai
perilaku sesuai dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut.
Senang Meniru
Anak-anak
pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku
mereka adalah diperoleh dengan cara meniru. Orang tua dan guru dituntut untuk
bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik,
termasuk perilaku bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.
Kreatif
Anak-anak
pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli
sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin
tahu yang besar, senang bertanya imajinasi tinggi, dan sebagainya. Namun begitu
anak masuk sekolah, kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini sering
disebabkan karena pengajaran di TK atau SD terlalu menekankan pada cara
berfikir konvergen, sementara cara berfikir secara divergen kurang dirangsang.
Orang
tua dan guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak-anak dengan
bersikap luwes dan kreatif pula, hendaknya tidak selalu memaksakan kehendaknya
terhadap anak-anak namun secara rendah hati mau menerima gagasan-gagasan anak
yang mungkin tampak aneh dan tak lazim. Anak-anak yang dihargai cenderung
terhindar dari berbagai masalah psikologis serta akan tumbuh dan berkembang
lebih optimal.
Mengembangkan
kecerdasan dan kreativitas Menyadari akan arti pentingnya orang tua bagi
pengembangan kecerdasan dan kreativitas anak, maka sangat dianjurkan kepada
setiap orang tua untuk meluangkan waktu secara teratur bagi putra-putrinya
untuk mengembangkan kemampuan bahasa misalnya, biasakan agar orang tua rajin
menjalin percakapan dengan si kecil. Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan
kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, sedangkan untuk mengembangkan
kemampuan dasar matematika anak dapat diperkenalkan konsep matematika secara
sederhana, misalnya menghitung jumlah anak tangga. Sementara untuk memuaskan
kebutuhan ilmiahnya, anak bisa diajak menjelajahi dunianya dengan cara
melakukan eksperimen, misalnya mengamati tumbuhnya kecambah, proses telur yang
menetas dan sebagainya. Kaitkan semua kegiatan diatas sebagai suatu aktivitas
yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Ini adalah hal-hal yang
merangsang pengembangan kecerdasan anak.
Mengembangkan
kecerdasan emosional.
Beberapa
ahli mengatakan bahwa generasi sekarang cenderung banyak mengalami kesulitan
emosional, seperti misalnya mudah merasa kesepian dan pemurung, mudah cemas,
mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopan santun dan sebagainya,
kecerdasan atau angka IQ yang tinggi bukanlah satu-satunya jaminan kesuksesan
anak di masa depan. Ada faktor lain yang cukup populer yaitu
kecerdasan emosional.
Kecerdasan
emosional ini dapat dilatih pada anak-anak sejak usia dini. Salah satu aspeknya
adalah kecerdasan sosial, dimana anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan
memahami orang lain serta bertindak bijaksaadalam hubungan antar manusia.
Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, sikap saling menghargai,
disiplin dan penuh semangat tidak mudah putus asa, semua ini memungkinkan anak
untuk mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya.
E. Implementasi Praksis dengan
Optimalisasi Multi Kecerdasan IQ dalam Pembelajaran
1. Implikasi untuk merancang mengembangkan, dan
memberikan pelatihan sebagai
desainer instruksional implikasi pemahaman bagaimana transfer belajar terjadi
adalah penting untuk pengembangan, desain, dan penyampaian pelatihan. Transfer
belajar mulai terjadi pada tahap konseptualisasi pelatihan dan terus banyak
setelah pelatihan. Berikut adalah beberapa pemikiran saya mengenai
pra-pelatihan, selama pelatihan, dan pasca kegiatan pelatihan yang membantu
dalam belajar transfer:
Pra-pelatihan
ialah:
a. Desain pelatihan dengan tujuan khusus di
sekitar tugas yang pembelajar tampil di kehidupan nyata.
b.
Sertakan
studi kasus yang relevan dan skenario untuk membantu membangun hubungan antara
lama dan baru belajar.
c.
Memasukkan
mitos dan kesalahpahaman dalam desain pelatihan yang sama sehingga dapat
didiskusikan dan diklarifikasi selama proses pelatihan.
d. Keep it hands-on, sebanyak mungkin.
e. Desain alat mendukung kinerja seperti
referensi, daftar periksa, dan pedoman yang pelajar dapat memanfaatkan
pelatihan pasca.
f.
Menginformasikan
terhadap tanggung jawab mereka yang berkaitan dengan pembelajaran mereka
sendiri dan mencari komitmen peserta didik Selama pelatihan.
g. Ahli Undangan untuk berbicara dan membahas
tentang bagaimana belajar membantu mereka dalam kehidupan nyata.
h. Carilah contoh on-the-job dari peserta didik.
i.
Gunakan
analogi dari pengalaman Anda sendiri dan bahwa dari peserta didik.
j.
Studi
kasus dan skenario Diskusikan meminta peserta didik untuk memilih pendekatan
yang tepat dan memprediksi konsekuensi.
k.
Sertakan
kesempatan untuk mempraktekkan belajar dalam situasi yang sama dan berbeda -
menggunakan simulasi menarik, permainan peran dan sebagainya.
l.
Memberikan
umpan balik, bimbingan, dan dukungan selama proses pelatihan.
m.
Memungkinkan
peserta didik untuk belajar tidak hanya dari isi, tetapi juga lingkungan
termasuk rekan-rekan mereka.
n. Kegiatan refleksi Termasuk yang dapat membantu
peserta didik berpikir dan menganalisa apa yang telah mereka pelajari.
o.
Berbagi
praktik terbaik dan tips terhadap penerapan pelatihan.
2.
Implikasi
untuk Mengembangkan dan Memberikan Pelatihan
Pelatihan ialah:
Pelatihan ialah:
a. Pembelajar Menilai 'pemahaman konsep dengan
memungkinkan mereka untuk menerapkan pembelajaran tanpa umpan balik atau
bimbingan.
b. Tanyakan pelajar tentang bagaimana dan di mana
mereka akan menerapkan pembelajaran baru, situasi baru, konteks baru, mungkin
menarik keluar sebuah rencana aksi.
c.
Memperoleh
pasca-pelatihan umpan balik pada relevansi dan penerapan pelatihan baik dari
peserta didik dan manajer lini.
d. Mintalah peserta didik untuk membangun sebuah
studi kasus sekitar bagaimana mereka menerapkan pembelajaran mereka dalam
situasi yang baru dan menantang.
e. Follow-up dengan peserta didik untuk
mengidentifikasi tantangan dalam aplikasi pelatihan dan meninjau rencana aksi.
f.
Memberikan
coaching dan mentoring untuk membantu peserta didik mengatasi hambatan dalam
penerapan pembelajaran.
3. Kecerdasan
Majemuk atau Multiple Intelegensi
Sesungguhnya intelegensi atau kecerdasan anak
berbeda-beda karena beberapa faktor. Dari perkembangannya kecerdasan dapat
digolongkon bermacam-macam yang sering disebut multiple intelegensi atau kecerdasan
majemuk.
Jadi kecerdasan bukan dinilai dari tes di atas meja.
Yang dimaksud tes di atas meja yaitu tes IQ. Maka, untuk mengertikan
inteligensi seseorang yang menonjol perlu dilihat bagaimana orang itu
menghadapi persoalan nyata dalam hidup.
Ketika multiple intellegences di terapkan disekolah,
muncullah banyak kendala dan beragam penafsiran tenatng sekolah model ini.
Misalnya, pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul di Indonesia,
desain kurikulum yang masih sentralistis, penerapan kurikulum yang tidak
sejalan dengan evaluasi hasil akhir pendidikan, kualitas guru yang masih kurang
terutama saat dihadapkan pada proses belajar yang menggunakan kreativitas
tingkat tinggi, proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan
kognitif yang terbesar, serta masih belum menggunakan penilaian autentik secara
komprehensif.
a. Bukan
kecenderungan tunggal (IQ) yang dibawa sejak lahir saja, tetapi kecenderungan
multi facet yang bisa dikembangkan
b. Dimiliki
oleh semua orang dengan karakteristik spektrum yang unik
c.
Bersifat dinamis dan berkembang melalui program
optimal
d. Masing-masing
facet / spektra intelligence saling mendukung dan memberi sumbangan terhadap
kreativitas kompetensi
e. Ada
halnya salah satu kompetensi menonjol atau mungkin juga dimiliki dengan
kompetensi yang minimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Optimalisasi multi kecerdasan adalah studi
tentang ketergantungan perilaku manusia, belajar, atau kinerja pada pengalaman
sebelumnya.. Dengan mengeksplorasi bagaimana individu akan mentransfer
pembelajaran dalam satu konteks ke konteks yang berbagi karakteristik yang sama
atau lebih formal bagaimana "perbaikan dalam satu fungsi mental"
dapat mempengaruhi satu lagi yang terkait.
Bahwa setiap anak
mempunyai intelegensi atau kecerdasan yang berbeda karena dipengaruhi oleh
beberapa factor. Kecerdasan anak berbeda-beda dikembangkan pula kecerdasan
majemuk atau multiple intelegensi yang dikembangkan oleh Gardner.
Dengan adanya multiple
kecerdasan kita harus tahu bahwa anak itu cerdas dalam hal apa. Dengan kita
tahu, kita dapat mengoptimalkan kecerdasan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdi, Syukrul. 2012. Mengembangkan Kecerdasan Majemuk. http://syukrul-hamdi.blogspot.com/2012/01/mengembangkan-kecerdasan-majemuk.html. Diakses
pada tanggal 26 april 2013
Ippank. 2011. Optimalisasi Multi Kecerdasan. http://ippank47.blogspot.com/2011/05/optimalisasi-multi-kecerdasan.html.
Diakses pada tanggal 26 april 2013
Sobur, Alex.
2009. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia
Taufik,
Rahmat. 2012. Artikel Multi Kecerdasan.
http://rahmattaufiqrt.blogspot.com/2012/11/artikel-psikologi-pembelajaran-multi.html.
Diakses pada tanggal 26 april 2013
Zahidi, Sukron. 2011. Makalah Mengoptimalkan Kecerdasan Anank Usia
Dini. http://izzaucon.blog.uns.ac.id/2011/04/20/makalah-mengoptimalkan-kecerdasan-anak-sejak-dini/. Diakses
pada tanggal 26 april 2013
Advertisement
Loading...