Kasus minuman keras (miras) oplosan yang merenggut nyawa masih marak
terjadi. Menurut Ketua Farmasi Rumah Sakit Fatmawati, Ahmad Subhan
walaupun sudah banyak yang tahu bahaya miras oplosan masih banyak yang
tetap mencari barang memabukan ini dengan harga murah.
"Karena
kan kalau minuman keras oplosan itu kan harganya lebih murah. Dan masih
banyak juga yang sebenarnya sudah paham itu bahaya namun tetap masih
mengonsumsinya karena itu bisa membuat seseorang tidak sadar," .
Ahmad mengatakan miras oplosan memiliki efek berbahaya dalam jangka panjang, "Bisa dikatakan itu efeknya seumur hidup. Penyakit yang diderita juga efeknya akan jangka panjang. Saya yakin mereka itu tidak satu kali mengonsumsinya, kalaupun hanya satu kali tetap saja senyawa yang ada di dalamnya sudah terserap dalam tubuhnya," katanya menjelaskan.
Menurut Ahmad miras oplosan yang banyak dikonsumsi itu mengandung metanol yang bisa berisiko kematian. "Kalau pastinya saya tidak tahu campurannya apa aja namun kebanyakan menggunakan metanol. Mungkin harusnya ada penindakan seperti dilakukan penelitian miras oplosan itu bagaimana mencampurnya dan apa saja yang dicampur sehingga tahu kandungan alkohol itu berapa. Selama ini belum ada pengendalian yang tegas dari pihak yang berwenang," ujarnya.
Menurut Apoteker Abdul Mutholib S.Farm, Apt metanol adalah metil alkohol yaitu senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH, dan spiritus senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH dan spirtus merupakan bentuk alkohol paling sederhana.
"Spiritus atau metanol sangat mudah diserap tubuh baik dengan rute pemberian oral, inhalasi, topikal dan lain-lain. Metanol dioksidasi tubuh menjadi formaldehid (formalin) kemudian dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam format (asam metanoat). Asam format ini yang menyebabkan berbagai efek toksik pada tubuh," katanya.
Metanol dengan dosis besar menurut Ahmad menyerang sistem saraf pusat sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan.
"Kadar normalnya itu dibawah 5 persen. Kalau sudah lebih dari itu maka akan menyerang sistem saraf pusat, merusak jaringan, metabolisme tubuh semakin berkurang dan enzimnya rusak. Kematiannya ditandai dengan gagal napas, dan akan terjadi mikroatik atau kematian jaring misalnya ususnya akan matang atau hangus di dalam," kata Ahmad Subhan menjelaskan.
Keduanya mengatakan untuk mendapatkan metanol murni dibutuhkan syarat dan tidak mudah untuk memilikinya. "Biasanya untuk mendapatkan itu tidak sembarangan perlu ada surat resmi dari institusi dan jelas penggunaannya biasanya buat pengobatan bukan untuk dikonsumsi. Kalaupun ada yang dijadikan campuran di miras oplosan itu bukan metanol murni tetapi sudah diberi pewarna dan itu berbahaya," kata Ahmad.
Ahmad menambahkan pemberian warna di metanol tidak murni itu bertujuan untuk tidak dicampurkan ke dalam makanan. "Makanya diberi pewarna karena memang tidak diizinkan untuk dikonsumsi, namun kan sekarang banyak yang ingin murah jadi dicampur-campur. Nah campuran itu bahaya," jelas Ahmad.
Ahmad mengatakan miras oplosan memiliki efek berbahaya dalam jangka panjang, "Bisa dikatakan itu efeknya seumur hidup. Penyakit yang diderita juga efeknya akan jangka panjang. Saya yakin mereka itu tidak satu kali mengonsumsinya, kalaupun hanya satu kali tetap saja senyawa yang ada di dalamnya sudah terserap dalam tubuhnya," katanya menjelaskan.
Menurut Ahmad miras oplosan yang banyak dikonsumsi itu mengandung metanol yang bisa berisiko kematian. "Kalau pastinya saya tidak tahu campurannya apa aja namun kebanyakan menggunakan metanol. Mungkin harusnya ada penindakan seperti dilakukan penelitian miras oplosan itu bagaimana mencampurnya dan apa saja yang dicampur sehingga tahu kandungan alkohol itu berapa. Selama ini belum ada pengendalian yang tegas dari pihak yang berwenang," ujarnya.
Menurut Apoteker Abdul Mutholib S.Farm, Apt metanol adalah metil alkohol yaitu senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH, dan spiritus senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH dan spirtus merupakan bentuk alkohol paling sederhana.
"Spiritus atau metanol sangat mudah diserap tubuh baik dengan rute pemberian oral, inhalasi, topikal dan lain-lain. Metanol dioksidasi tubuh menjadi formaldehid (formalin) kemudian dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam format (asam metanoat). Asam format ini yang menyebabkan berbagai efek toksik pada tubuh," katanya.
Metanol dengan dosis besar menurut Ahmad menyerang sistem saraf pusat sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan.
"Kadar normalnya itu dibawah 5 persen. Kalau sudah lebih dari itu maka akan menyerang sistem saraf pusat, merusak jaringan, metabolisme tubuh semakin berkurang dan enzimnya rusak. Kematiannya ditandai dengan gagal napas, dan akan terjadi mikroatik atau kematian jaring misalnya ususnya akan matang atau hangus di dalam," kata Ahmad Subhan menjelaskan.
Keduanya mengatakan untuk mendapatkan metanol murni dibutuhkan syarat dan tidak mudah untuk memilikinya. "Biasanya untuk mendapatkan itu tidak sembarangan perlu ada surat resmi dari institusi dan jelas penggunaannya biasanya buat pengobatan bukan untuk dikonsumsi. Kalaupun ada yang dijadikan campuran di miras oplosan itu bukan metanol murni tetapi sudah diberi pewarna dan itu berbahaya," kata Ahmad.
Ahmad menambahkan pemberian warna di metanol tidak murni itu bertujuan untuk tidak dicampurkan ke dalam makanan. "Makanya diberi pewarna karena memang tidak diizinkan untuk dikonsumsi, namun kan sekarang banyak yang ingin murah jadi dicampur-campur. Nah campuran itu bahaya," jelas Ahmad.
Advertisement
Loading...